Sunday, 1 August 2010

Jawara-Jawara dari Indonesia

Jakarta - Usai sudah pergelaran INAICTA 2010. Kontes teknologi informasi dan komunikasi yang telah digelar untuk keempat kalinya itu memunculkan banyak inovasi baru. Panitia telah menjatuhkan pilihan siapa saja yang patut memboyong penghargaan-penghargaan bergengsi dari 21 kategori yang dilombakan di acara tersebut.

Dalam sebuah lomba, memang harus ada yang menang dan kalah. Namun semuanya patut dihargai sebagai karya anak bangsa. Inilah sembilan pemenang dari sembilan kategori yang dilombakan itu. l DIAN YULIASTUTI | DIM

* InfoKes (Pemenang Kategori E-Government)

InfoKes, atau Informasi dan Monitoring Kesehatan, adalah aplikasi untuk meningkatkan kualitas layanan serta perencanaan kesehatan daerah dan nasional. Aplikasi karya M. Hanif Dinada, Viktor Tunggul, dan Harry Ramananda dari PT Inovasi Tritek Informasi ini dikembangkan untuk mewujudkan sistem informasi kesehatan online dan terintegrasi.

InfoKes adalah aplikasi online dan terintegrasi dari unit pelayanan dasar (puskesmas, klinik) hingga ke dinas kesehatan kabupaten atau provinsi. Dengan teknologi ini, pemerintah bisa memonitor layanan kepada masyarakat. "Sistem ini menjadi sistem peringatan dini dan memonitor secara online pelayanan di masyarakat," ujar Hanif.

Data layanan, penyakit, atau obat bisa diketahui dari kunjungan pasien. Aplikasi ini sudah dipatenkan dan digunakan di beberapa daerah, seperti Sumatera Barat, Kepulauan Seribu, Sulawesi, Kepulauan Riau, dan Bekasi.

* Aaron (Kategori E-Learning)

Sebuah sistem pembelajaran jarak jauh berbasis komunitas. Aplikasi karya David Samuel, Dominikus Damas Putranto, Yosef Sukianto, Kevin Tanadi, dan Dody Dharma ini memiliki dua elemen dasar. Pertama adalah next generation web application, sebagai portal pembelajaran para siswa, tempat para mentor membantu siswa, dan pengembang mempublikasikan aplikasi pendidikannya.

Aaron bisa digunakan untuk membantu proses belajar-mengajar di kelas dengan 15-20 siswa. Dominikus Damas mengatakan alat ini bisa membantu peragaan atau simulasi dari aplikasi yang dimasukkan pengembang. "Tak jarang guru kesulitan memperagakan. Dengan aplikasi ini, bisa langsung diperagakan," katanya.

Aplikasi ini dikembangkan sejak Januari lalu. Perangkat ini bisa berkolaborasi dengan sistem web yang telah diimplementasikan dengan interaktivitas yang menunjang belajar-mengajar.

* Larjo Show: Lagu Lu Jek! (Kategori Digital Animation)

Merupakan animasi 3 dimensi (3D) berdurasi lima menit. Menampilkan tiga tokoh utama, yakni Larjo, Coki, dan Tole. Dalam kisah ini, Larjo kedatangan keponakannya dari Singapura bernama Del Takodel. Sayangnya, Del Takodel sering bersikap lebih menyebalkan dari pamannya, Larjo.

Riza Endartama, Wahyu Agni Dewanto, Isa Heliwar, Resza Avisena, dan Xaverius Enrico Yanuar, yang menciptakan animasi ini, sebenarnya ingin menyindir perilaku keseharian masyarakat kita yang sering menyebalkan. "Tapi kami mengemasnya dengan komedi dan parodi," ujar Riza Endartama.

Animasi digital ini mulai digarap Januari lalu, dengan konsep cerita yang digagas sejak akhir tahun lalu. Larjo Show: Lagu Lu Jek! bakal tayang di 30 stasiun televisi lokal.

* Nitiki, Game dengan Konten Batik (Kategori Digital Interactive Media)

Tak sia-sia Chandra Tresnadi belajar tekstil dan batik sejak dulu. Karena rasa cintanya terhadap batik, ia berupaya mengenalkan aneka ragam batik dengan media yang gampang dijangkau dan dapat dimainkan beramai-ramai. Awalnya Chandra memang mengajarkan cara membatik yang sebenarnya kepada anak-anak, tapi ia khawatir mereka terkena unsur kimia membahayakan.

Ia pun mencari cara lain, yakni membuat Nitiki, game dengan konten batik. Mereka bisa bermain layaknya sedang membatik, yakni menggabungkan potongan-potongan gambar (puzzle) dengan karakter khas batik, seperti gambar hewan, bunga, dan benda lain yang terdapat dalam corak batik dari berbagai daerah. "Pemain tak akan menyadari kalau potongan-potongan itu merupakan corak batik suatu daerah," ujarnya.

Selain mengenalkan batik, game ini mendorong orang bersosialisasi. Sementara dalam game biasa pemain hanya berfokus pada permainan dan diri sendiri, di Nitiki, orang lain dilibatkan. Walhasil, Nitiki bisa menjadi game yang tidak mengikat dan dapat ditempatkan di area publik. "Jadi ada komunikasi antara pemain dan lingkungan sosialnya."

* Perisalah, Sistem Penghasil Risalah Otomatis (Kategori Research and Development)

Repot mencatat pembicaraan dalam rapat, merekam, mentranskrip, lalu membuat kesimpulan? Kerepotan itu bakal teratasi dengan sistem pengenal wicara (speech recognition) bahasa Indonesia ini. Dengan mengenali suara bahasa Indonesia, sistem bernama Perisalah ini akan membantu para notulen dalam membuat risalah dan resume pertemuan (rapat, pidato, diskusi, atau presentasi) secara otomatis.

Setelah data nama pembicara dan mikrofon dimasukkan ke sistem, aplikasi ini langsung merekam suara dan mengubahnya menjadi transkripsi elektronik. "Secara langsung, real time, urut sesuai dengan jam, menit, dan detiknya. Sehingga akan mudah melacak dan mengetahui siapa yang berbicara," ujar Oskar Riandi, salah satu pengembangnya.

Selain dikembangkan Oskar, sistem ini dikembangkan oleh Agung Santoso, Asril Jarin, Bowo Prasetyo, M. Teduh Uliniansyah, dan Wahyu Widada, semuanya dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Para wartawan dan penyandang cacat juga bisa menggunakan aplikasi ini untuk memudahkan pekerjaan mereka. Aplikasi dengan platform open source ini sudah diuji coba BPPT dan rencananya akan diuji coba pada persidangan Mahkamah Konstitusi.

* mGeometri (Kategori Mobile Application)

Proyek individual ini karya Petrianus Suwardi. mGeometri adalah software pelajaran geometri yang dapat digunakan pada perangkat mobile layar sentuh yang mendukung Flashlite 2, berisi materi, contoh soal, serta kuis berbentuk animasi dan interaktif.

Dengan software ini, para siswa bisa mengeksplorasi dan mendalami pelajaran mereka secara mandiri. Siswa juga bisa mengulang materi di telepon selulernya kapan pun, di mana pun, dan berapa kali pun. Pelajaran geometri menjadi lebih mengasyikkan dan tak lagi membosankan. "Di dalamnya ada materi, contoh soal seperti menjodohkan, esai, dan pilihan ganda," ujar Petrianus.

Selain bisa dijalankan di ponsel sentuh, aplikasi ini dapat dijalankan di PC desktop dan laptop. Petrianus, yang juga guru matematika, akan mengembangkan software miliknya itu untuk materi matematika lain, seperti aljabar.

* ProHukum (Kategori E-Business for SME)

Jika sedang mengurus berkas di notaris atau firma hukum, Anda dapat melacak dengan cepat dengan ProHukum. Aplikasi yang dikembangkan Steven Surojo dan Jessica Chandra ini merupakan solusi berbasis software as a service dengan sistem berlangganan.

Kantor firma hukum, notaris, atau penjabat pembuat akta tanah yang berlangganan solusi ini bisa dengan mudah mengatur dokumen dengan lebih efisien dan rapi. "Kita bisa melacak sampai di mana pengurusannya atau penagihan pembayaran oleh klien," kata Steven, yang menyiapkan aplikasi ini dalam waktu 1,5 tahun.

Ia menjamin data-data yang disimpan di ProHukum aman karena dalam sistem cloud (awan). Pengguna juga tak perlu menginstal atau khawatir akan virus. Masing-masing kantor hukum bisa mengembangkan aplikasi ini sesuai dengan kebutuhan asalkan masih sejalan dengan platformnya. Rencananya ProHukum juga akan dikembangkan dalam perangkat mobile.

* MetaCare, Sistem Manajemen Layanan Kesehatan (Kategori Open Source Application)

Peranti lunak berbasis web ini dikembangkan sebagai pendukung Enterprise Resource Planning (ERP) dan Supply Chain Management (SCM) bagi lembaga penyedia perawatan kesehatan berbasis OSS. Aplikasi ini diterapkan pada konsep Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) yang mengelola seluruh sumber daya.

"Mulai stok logistik, pengelolaan gudang, sampai front office dan dokumentasi, masuk semua," ujar Setiabudi, pengembang MetaCare. Ia mengembangkan aplikasi ini bersama Hendrik Saragih, Syafikli Musyafako, Ihsan Nurdiansyah, dan Muhammad Reza Kamarullah.

Pasien juga bisa mendapatkan hasil tindakan, track record, dan checkup dari aplikasi ini. Saat ini MetaCare telah diterapkan di Pertamina Medical dan Rumah Zakat, yang mencapai 37 titik. Sistem ini mampu menampung database dengan kapasitas hingga 100 juta record per database.

* Ponsel Ibuku untuk Belajar Adikku (Kategori Student Project-SD)

Ini adalah aplikasi karya Fahma Waluya Rosmansyah, siswa Sekolah Dasar Cendekia, Bandung. Fahma mengembangkan aplikasi ini di ponsel Nokia E71 milik ibunya. Dari aplikasi Flash Lite Adobe, Fahma mengembangkan permainan sekaligus alat belajar. Berawal dari utak-atik di ponsel ibunya itu, dia membuat aplikasi huruf, angka, dan warna untuk belajar adiknya, Hania Pracika, yang duduk di bangku taman kanak-kanak.

Fahma juga mengembangkan aplikasi EnglishForKids dan Doa Anak Muslim di ponsel itu. Sulung dua bersaudara ini awalnya mencoba bermain game di ponsel itu, lalu mengopreknya. "Jadi tahu bagaimana membuatnya," ujar Fahma. Kini putri Yusep Rosmansyah dan Yusi Elsiano itu masih berambisi menyelesaikan aplikasi untuk membaca nama-nama Allah, Asma'ul Husna. Dari 99 nama Allah, ia baru menyelesaikan satu nama. "Masih banyak yang harus diselesaikan," kata gadis yang akrab dipanggil A'a ini.



Sumber
TEMPO Interaktif

Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html

Artikel Yang Berhubungan



0 comments: