Friday, 12 March 2010

Junk Food Sama Dengan Narkoba


London, Peneliti menemukan kesamaan antara junk food dan narkoba. Keduanya ternyata sama-sama membuat candu. Orang yang terbiasa makan burger, kentang, sosis atau kue akan sulit menghentikan kebiasaannya itu karena otak sudah memprogram makanan itu sebagai candu.

Selama ini orang mengenal junk food sebagai makanan sampah yang tinggi lemak dan gula tapi sedikit nutrisinya. Tapi ternyata tak hanya itu, saking berbahayanya, seorang ahli saraf, Dr Paul Kenny sampai mengatakan bahwa junk food sama dengan narkoba.

"Sudah terbukti, junk food adalah candu yang membuat seseorang kehilangan kontrol makan," ujar Kenny seperti dikutip dari Telegraph, Kamis (29/10/2009). Mereka yang mengonsumsi junk food menurut Kenny akan merasakan efek senang, nyaman dan tenang yang bisa berakibat candu jika tidak mengonsumsinya lagi.

Menurut Kenny, ini adalah studi pertama kali yang menghubungkan antara junk food dan obat-obat terlarang atau narkoba. "Kami sudah menemukan banyak bukti nyata yang menunjukkan bahwa junk food sama bahayanya dengan narkoba," tutur Kenny.

Bukti yang ditemukan peneliti adalah kesamaan antara fondasi saraf-saraf di dalam otak yang disebut juga sebagai zat neurobiological. "Setelah diperiksa, ternyata struktur saraf pada otak orang obesitas yang sering mengonsumsi junk food sama dengan orang yang kecanduan obat-obatan atau narkoba," jelas Kenny.

Dr Kenny yang sekarang bekerja di Florida’s Scripps Research Institute pertama kali melakukan penelitiannya di Guy’s Hospital, London dengan menggunakan tikus percobaan. Ia membagi tikus percobaannya ke dalam tiga kelompok.

Kelompok pertama diberi makanan sehat dalam jumlah banyak. Kelompok kedua diberi makanan junk food tapi dibatasi. Kelompok ketiga diberi makanan junk food tak terbatas, diantaranya kue keju, daging berlemak dan snack cokelat.

Setelah studi berakhir, ternyata tikus di kelompok ketiga menjadi gemuk dengan sangat cepat sedangkan tikus di kelompok pertama dan kedua tidak terlihat ada perbedaan yang signifikan dari berat awalnya.

Peneliti pun kemudian mencoba melakukan pemeriksaan pada otak tikus dari tiga kelompok tersebut. Sebelumnya sebuah stimulasi elektrik diberikan pada bagian otak yang berfungsi mengeluarkan hormon pemberi rasa senang dan nyaman (oxytocin, serotonin, dopamin, feromon, endorfin, dan lainnya).

Dari situ diketahui bahwa ternyata otak tikus di kelompok ketiga membutuhkan stimulasi yang terus menerus untuk mengeluarkan hormon pembawa rasa senang. Sedangkan pada dua tikus di kelompok lainnya, sedikt stimulasi saja bisa membuat hormon itu keluar.

Hipotesis peneliti adalah, untuk mencapai tingkat kesenangan yang sama, tikus yang mengonsumsi junk food ternyata butuh stimulasi yang lebih banyak daripada tikus yang tidak atau jarang makan junk food, dan itu artinya junk food adalah stimulasi yang membawa pada kecanduan. Sama halnya dengan narkoba.

Beberapa bahan khusus yang dipakai untuk memproduksi junk food seperti jenis lemak dan gula tertentu memang didesain untuk membuat konsumen ingin tambah dan tambah lagi. Hal itu yang disinyalir peneliti membuat orang ketagihan. Makan junk food boleh-boleh saja, namun pengendalian diri juga penting. (Sumber: detik.com)

Artikel Yang Berhubungan



0 comments: