Monday, 1 March 2010
Seberapa kerap kita berupaya keras untuk menghindar dari jatuh, gagal, kalah? Dunia ideal dalam angan kita adalah serentetan peristiwa yang sebisanya membuat kita tersenyum, bahagia, mendapatkan keinginan kita. Namun, sungguhkah ada satu makhluk pun di dunia ini yang mampu menjadi sungguh sempurna dalam setiap jejak langkahnya? Sekuat apapun usaha kita, faktanya, cepat atau lambat kita harus menjadi tupai yang pastilah pernah terpeleset.
Di atas kertas, Napoli bukan tandingan sepadan bagi Inter Milan. Marcelo Zalayeta cs pastilah dinilai masih satu atau dua kelas di bawah Luis Figo cs. Data dan fakta performa kedua tim adalah bukti nyata yang tak terbantahkan. Napoli hanya duduk di peringkat tengah klasemen sementara Serie-A dengan 30 poin (9 menang, 6 seri, 11 kalah) yang sangat jauh dibandingkan superioritas Inter sang pemuncak tabel dengan total nilai dua kali lipatnya (61 poin, 26 menang, 7 seri, 0 kalah!). Rumah-rumah judi pun sekitar 70 persen menyatakan Napoli tidak akan mampu memberi kekalahan pertama bagi tamunya yang amat sangat perkasa di liga domestik tersebut.
Sama dengan kehidupan, sebaik apapun kita bersiap, tetap saja ada saat ketika semua menjadi tidak berarti. Meski diakui tidak menurunkan tim terbaik, pelatih Inter, Roberto mancini, toh masih memiliki starting line up yang menakutkan lawan-lawannya. Ada kiper Julio Cesar, bek Marco Materazzi, gelandang Luis Figo, plus striker David Suazo. Masih lebih baik dari Napoli yang “hanya” punya Marcelo Zalayeta, Ezequiel Lavezzi, dan Marek Hamsyik yang notabene bukan bintang-bintang kelas satu.
Dan, datanglah moment yang sangat ditunggu-tunggu oleh mereka yang jengah melihat superioritas I Nerrazurri dua musim ini. Gol cepat Zalayeta di menit ke-3 memastikan keruntuhan dominasi Inter yang sebelumnya diprediksi sulit dikalahkan dan nyaris pasti merengkuh perisai scudetto ke-14 musim ini. Malam itu anak-anak San Siro memang menjadi bulan-bulanan di Stadion San Paolo, markas Napoli. Ditekan sejak awal sampai akhir yang memaksa kiper Julio Cesar berkali-kali berjibaku menghalau peluang lawan. “Saya sampai lupa berapa kali saya harus menyelamatkan gawang Inter malam ini,” ucap Julio Cesar yang juga sempat mementahkan satu tendangan penalti Zalayeta.
Berakhirlah rekor 31 pekan berturut-turut tak terkalahkan milik Inter. Kekalahan yang membuat jarak mereka dengan runner up AS Roma tinggal berjarak 6 poin. Parahnya, diyakini kekalahan itu bakal memukul rasa percaya diri Javier Zanetti cs yang dikenal sulit bangun dari masa krisis. Posisi kritis yang makin memperberat persiapan menjamu Liverpool sepekan ke depan untuk membalikkan kekalahan 0-2 di first leg menjadi titik balik untuk meraih tiket ke babak perempatfinal. Sebuah kekalahan yang datang tidak di saat yang tepat.
Keterpurukan memang tidak mengenal waktu. Siap atau tidak, kita harus siap menghadapinya. Di saat kondisi tim tidak kompak, banyak pemain cedera, dan mendapat pemberitaan negatif dari Inter; kini saatnya membuktikan keperkasaan mereka. Jika menyerah dengan segala sisi buruk itu, niscaya mereka tak pantas menjadi tim terbaik. Namun, jika sanggup mencari energi positif di baliks segala deret derita itu, mungkin kita akan mulai melihat sebuah tim yang akan makin teruji sebagai tim yang sungguh perkasa.
Semua ada waktunya. Kita kerap tak bisa memilih kapan sebuah peristiwa sebaiknya mendatangi kita. Yang bisa kita lakukan hanyalah bersiap, bersiap, dan bersiap. Sebaik apa kita menghadapi setiap waktu dan peristiwa itulah - entah senang atau sedih, sukses atau gagal, mendapatkan atau kehilangan - yang akan menentukan kualitas kita.
Bersiaplah. Semua ada waktunya…Seberapa kerap kita berupaya keras untuk menghindar dari jatuh, gagal, kalah? Dunia ideal dalam angan kita adalah serentetan peristiwa yang sebisanya membuat kita tersenyum, bahagia, mendapatkan keinginan kita. Namun, sungguhkah ada satu makhluk pun di dunia ini yang mampu menjadi sungguh sempurna dalam setiap jejak langkahnya? Sekuat apapun usaha kita, faktanya, cepat atau lambat kita harus menjadi tupai yang pastilah pernah terpeleset.
Di atas kertas, Napoli bukan tandingan sepadan bagi Inter Milan. Marcelo Zalayeta cs pastilah dinilai masih satu atau dua kelas di bawah Luis Figo cs. Data dan fakta performa kedua tim adalah bukti nyata yang tak terbantahkan. Napoli hanya duduk di peringkat tengah klasemen sementara Serie-A dengan 30 poin (9 menang, 6 seri, 11 kalah) yang sangat jauh dibandingkan superioritas Inter sang pemuncak tabel dengan total nilai dua kali lipatnya (61 poin, 26 menang, 7 seri, 0 kalah!). Rumah-rumah judi pun sekitar 70 persen menyatakan Napoli tidak akan mampu memberi kekalahan pertama bagi tamunya yang amat sangat perkasa di liga domestik tersebut.
Sama dengan kehidupan, sebaik apapun kita bersiap, tetap saja ada saat ketika semua menjadi tidak berarti. Meski diakui tidak menurunkan tim terbaik, pelatih Inter, Roberto mancini, toh masih memiliki starting line up yang menakutkan lawan-lawannya. Ada kiper Julio Cesar, bek Marco Materazzi, gelandang Luis Figo, plus striker David Suazo. Masih lebih baik dari Napoli yang “hanya” punya Marcelo Zalayeta, Ezequiel Lavezzi, dan Marek Hamsyik yang notabene bukan bintang-bintang kelas satu.
Dan, datanglah moment yang sangat ditunggu-tunggu oleh mereka yang jengah melihat superioritas I Nerrazurri dua musim ini. Gol cepat Zalayeta di menit ke-3 memastikan keruntuhan dominasi Inter yang sebelumnya diprediksi sulit dikalahkan dan nyaris pasti merengkuh perisai scudetto ke-14 musim ini. Malam itu anak-anak San Siro memang menjadi bulan-bulanan di Stadion San Paolo, markas Napoli. Ditekan sejak awal sampai akhir yang memaksa kiper Julio Cesar berkali-kali berjibaku menghalau peluang lawan. “Saya sampai lupa berapa kali saya harus menyelamatkan gawang Inter malam ini,” ucap Julio Cesar yang juga sempat mementahkan satu tendangan penalti Zalayeta.
Berakhirlah rekor 31 pekan berturut-turut tak terkalahkan milik Inter. Kekalahan yang membuat jarak mereka dengan runner up AS Roma tinggal berjarak 6 poin. Parahnya, diyakini kekalahan itu bakal memukul rasa percaya diri Javier Zanetti cs yang dikenal sulit bangun dari masa krisis. Posisi kritis yang makin memperberat persiapan menjamu Liverpool sepekan ke depan untuk membalikkan kekalahan 0-2 di first leg menjadi titik balik untuk meraih tiket ke babak perempatfinal. Sebuah kekalahan yang datang tidak di saat yang tepat.
Keterpurukan memang tidak mengenal waktu. Siap atau tidak, kita harus siap menghadapinya. Di saat kondisi tim tidak kompak, banyak pemain cedera, dan mendapat pemberitaan negatif dari Inter; kini saatnya membuktikan keperkasaan mereka. Jika menyerah dengan segala sisi buruk itu, niscaya mereka tak pantas menjadi tim terbaik. Namun, jika sanggup mencari energi positif di baliks segala deret derita itu, mungkin kita akan mulai melihat sebuah tim yang akan makin teruji sebagai tim yang sungguh perkasa.
Semua ada waktunya. Kita kerap tak bisa memilih kapan sebuah peristiwa sebaiknya mendatangi kita. Yang bisa kita lakukan hanyalah bersiap, bersiap, dan bersiap. Sebaik apa kita menghadapi setiap waktu dan peristiwa itulah - entah senang atau sedih, sukses atau gagal, mendapatkan atau kehilangan - yang akan menentukan kualitas kita.
Bersiaplah. Semua ada waktunya…
Sumber
http://injurytime.dagdigdug.com
0 comments:
Post a Comment