Monday, 26 July 2010
Perkembangan dunia mode Indonesia tidak lepas dari munculnya bakat-bakat baru para perancang busana. Untuk menunjukkan eksistensinya empat perancang muda Indonesia, melakukan peragaan busana bersama dengan mengangkat tema "Rejuvenate" di Annex Building, Jakarta, beberapa waktu lalu. Mereka adalah Albert Yanuar, Hian Tjen, Imelda Kartini dan Tex Saverio.
Keempat perancang muda ini merupakan lulusan sekolah mode ternama, dan pernah menjuarai berbagai lomba dan telah memiliki line masing-masing. Dalam peragaan ini Albert Yanuar menciptakan kreasi yang feminin, kuat dan puitis.
Ia juga berkomitmen untuk mengeksplorasi berbagai kerajinan tangan nusantara dan membuatnya terlihat modern dan edgy. Dengan menampilkan "The Age of Reckoning", Albert ingin menunjukkan titik balik dari kejenuhannya dalam merancang gaun dengan ornamen payet dan kristal.
Sebagai gantinya, ia bermain dengan bentuk garis dan lipit-lipit eksperimental yang diterapkan sebagai aplikasi dan aksesori. Bentuk ornamen lipit unik itu diadaptasi dari penggabungan motif tribal dan Filigri, yaitu seni kerajinan ukir tembaga asal Jogja. Hadirnya aksesori etnik dan bentuk lipit merupakan daya tarik 19 gaun elegan dalam palet warna sampanye, jingga, ungu dan biru.
Lalu Hian Tjen, mengambil elemen masa lalu untuk digarap dalam bentuk masa depan, yaitu konsep bangsa dari benua Lemurian yang ada pada 4,5 juta sampai 12 ribu tahun sebelum Masehi. Hasil penelitian abad 19 itu diinterpretasikan Hian Tjen ke dalam 19 rancangan yang didominasi bentuk sirip dan bersudut tajam di atas materi logam dan kulit untuk memperkuat citra futuristis. Motif lukis tangan bercorak kulit binatang dihadirkan mempertegas gagasan.
Dengan menggabung lukisan tangan, lempengan logam dan warna terang, karakter koleksi terbentuk edgy dan androgini. “Saya ingin memperkenalkan gaya khas saya yang belum pernah ada sebelumnya,” kata Hian Tjen.
Imelda Kartini menampilkan rancangan yang terinspirasi dari film Avatar. Ia menampilkan karya yang diberi judul “Fairy Warrior”. Dikenal sebagai perancang muda yang senang menempatkan ornamen dekoratif secara menyeluruh, Imelda pun kembali menonjolkan itu. Pada 19 rancangannya dihiasi bentuk dekorasi dan aksesori artifisial berupa bunga, tumbuhan, akar, yang diadaptasi dari kekayaan dunia fiksi.
Tex Saverio, yang memandang setiap wanita memiliki karakter ingin terlihat cantik, dipuja, kuatdan sensual menggambarkannnya dalam tampilan kaum courtesan, yaitu wanita kalangan istana Eropa yang di abad 16 bergeser maknanya sebagai selir kerajaan.
Melalui koleksi berjudul “My Courtesan”, Tex menampilkan gaya korset di masa itu sebagai keindahan ideal yang memancarkan feminitas tinggi. Sebanyak 18 gaun terlihat sangat glamor dengan fokus pada bentuk bustier. Kekayaan pekerjaan tangan dalam mencipta ornamen lipit-lipit, gelepai, bordir, jumbai benang sampai penggunaan 300 meter pita meter dan 200 meter organsa sangat menonjol sebagai detil dekoratif.
Sebagai puncak koleksi, ia menampilkan tiga gaun panjang dengan korset yang terbuat dari besi untuk menunjukkan ciri khasnya yang menggabung modernitas dan elegansi.
Sumber
VIVAnews
Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
0 comments:
Post a Comment