Wednesday, 30 September 2009
Oleh: Ani Chairani
Guru Bahasa Inggris SMPN 236 Jakarta
Tanpa kita sadari ketika mengajar di kelas, guru terlalu banyak berperan. Sehingga, membuat para siswa tidak punya kesempatan untuk mengutarakan dan mengekspresikan apa yang ia dapatkan diluar kelas. Tentu saja, hal ini membuat sebagian besar dari siswa kita menjadi pasif dan kurang kreatif.
Suatu hari saya pernah mengalami seorang guru yang tersinggung karena muridnya membantah pengajaran yang ia kemukakan. Padahal, saya tahu bahwa murid itu mengemukakan kebenaran.
Sebenarnya dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi, sebagian besar siswa kita telah banyak menyerap ilmu dari luar, baik itu dari internet, buku-buku yang tersedia, ataupun media lainya. Walaupun banyak juga siswa yang malas untuk membaca ataupun menggali ilmu lainnya dengan berbagai metode yang canggih. Jika hal ini berlangsung terus menerus selain membuat siswa kita menjadi pasif, juga akan membentuk komunikasi satu arah saja. Sedangkan yang diharapkan adalah proses pembelajaran yang aktif dan kreatif.
Ada beberapa alasan yang membuat sebagian siswa kita menjadi pasif. Salah satunya dikarenakan guru terlalu banyak berperan terutama dalam pembelajaran bahasa Inggris.
Sebagian besar guru terjebak dalam rutinitasnya sehingga tidak mau mengembangkan dirinya dengan membaca, mengikuti perkembangan atau pembaharuan dalam pembelajaran. Seorang guru juga seharusnya bisa lebih melihat sekelilingnya atau bertukar pikiran dengan guru lainnya. Ini mungkin bisa dilakukan pada pertemuan musyawarah guru. Yang paling utama guru mau merubah pola pikirnya dan tidak terpaku pada satu metode sehingga menjadi guru yang inovatif, bukan guru yang terlalu banyak menjelaskan lalu tidak memberikan kesempatan pada muridnya untuk mengembangkan pola pikirnya.
Sering kali, guru hanya memberikan latihan yang monoton yang membuat murid menjadi pasif dan jenuh. Guru lebih banyak menanam dogma tanpa memberi peluang pada murid untuk memberikan pendapatnya. Tidak berkembangnya kelas kadang-kadang karena keegoisan guru yang mungkin tanpa disadari menyebabkan argumentasinya tidak dapat dibantah. Siswa hanya mengandalkan keberadaan guru dan ini membuat ketergantungan siswa pada guru terus menerus. Sebaiknya guru melemparkan pertanyaan kepada siswa sebelum menjelaskan. Biarkan mereka mengemukakan masing-masing pendapatnya.
Guru sebaiknya tidak terpaku pada buku paket, carilah topik-topik yang menarik bagi siswa yang sesuai atau paling tidak mendekati dengan kompetensi yang diharapkan. Misalnya mereka diperintahkan untuk mencari tokoh-tokoh yang mereka sukai. Biarkan siswa menggambarkan tokoh tersebut dengan bahasa mereka sendiri, berikan arahan secukupnya. Guru juga dapat menyuruh siswa berperan sebagai reporter, jurnalis, atau lainya dan berpasangan dengan temanya yang berperan sebagai tokoh terkenal. Cara-cara yang demikian dapat mengembangkan kreativitas mereka.
Selain itu, berikan pujian pada siswa yang sudah melakukan perannya, mengutarakan pendapat, gagasan, di setiap pembelajaran. Dalam hal ini jangan sering menyalahkan, ini membuat siswa tidak percaya diri. Berilah pujian sebelum dikoreksi kesalahanya, berikan komentar yang produktif dan interaktif yang membuat siswa menjadi cerdas dan penuh inisiatif. Hal ini akan membuat siswa menjadi percaya diri dan merasa dihargai. Selanjutnya, siswa akan memberikan masukan-masukan yang berguna bagi temannya dan siswa lain akan termotivasi untuk melakukannya.
Sebagai guru kita harus dapat membangkitkan rasa percaya diri dengan ilmu yang mereka miliki, timbulkan perasaan bahwa mereka itu 'bisa'. Terutama, pada siswa-siswi yang agak pemalu dan kurang terlayani. Jika siswa sudah percaya diri maka akan timbul gagasan lain yang membuat siswa kita kreatif dan gagasan itu merupakan masukan yang berguna bagi guru. Lalu, menjadi sumber ilmu bagi kita sebagai guru plus sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
0 comments:
Post a Comment