Thursday, 29 October 2009
SEBUAH studi terbaru melaporkan, menyusui yang membantu membentuk sistem kekebalan tubuh bayi, mungkin menjadi pilihan terbaik bagi ibu-ibu yang terinfeksi HIV di negara-negara berkembang. Meskipun hal itu berisiko menularkan virus AIDS pada bayi mereka.
Secara umum, ibu yang dinyatakan HIV positif dianjurkan untuk memberikan susu formula pada bayinya untuk membatasi risiko penyebaran virus HIV. Namun, hal tersebut ternyata menimbulkan masalah di negara-negara yang kesulitan air bersih dan bahan kebutuhan lainnya.
Berbicara di depan konferensi Retroviruses and Opportunistic Infections ke-14, dokter anak dari Universitas KwaZulu-Natal Afrika Selatan, Dr Hoosen Coovadia mengatakan bahwa jika ibu-ibu dengan HIV positif di negara-negara berkembang diperintahkan menyusui bayinya, maka akan menyebabkan sekitar 300.000 bayi terinfeksi HIV. Namun tindakan ini akan menyelamatkan 1,5 juta orang dari kematian akibat penyakit lainnya.
“ASI itu mengandung unsur kekebalan yang melimpah,” ujarnya. “Pemberian ASI harus tetap digalakkan sebagai bentuk perlindungan dan pertahanan bagi bayi, kendati berisiko terkena HIV,” imbuhnya.
Karena itu, Coovadia menyarankan wanita dengan HIV positif untuk menyusui bayinya, khususnya di negaranegara yang angka kematian bayinya tinggi (25% atau lebih).
Wanita yang terinfeksi HIV memang berisiko menularkan virus pada bayinya selama kehamilan, saat melahirkan atau menyusui. Tanpa intervensi, 20-45% bayi akan terkena virus penyebab AIDS dari ibunya.
“Ini sebuah dilema bagi wanita dengan HIV positif,” kata Peggy Henderson, seorang ilmuwan di departemen kesehatan anak dan remaja WHO, yang menyebutkan bahwa penelitian menunjukkan peningkatan risiko kematian enam kali lipat dari penyakit infeksi pada bayi yang diberi susu formula dibanding yang disusui ASI eksklusif. Penelitian selama 4 tahun di Durban, Afrika Selatan, menemukan bahwa hanya 4% bayi yang diberi ASI eksklusif terkena HIV.
0 comments:
Post a Comment