Saturday, 24 October 2009
Prevalensi perokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat dan memprihatinkan. Menurut data yang diperoleh Kompas.com dari
panitia acara Deklarasi Generasi Muda Bangsa Indonesia Tanpa Rokok,
Minggu (11/10) di Gedung Kebangkitan Nasional Stovia, peningkatan
tertinggi perokok di Indonesia terjadi pada kelompok remaja umur 15-19
tahun, yaitu dari 7,1 persen pada 1995 menjadi 17,3 persen pada 2004,
atau naik 144 persen selama sembilan tahun.
Tak hanya itu,
konsumsi rokok di Indonesia pada 2008 mencapai 240 miliar batang atau
setara dengan 658 juta batang rokok per harinya, yang berarti uang
senilai Rp 330 miliar "dibakar" oleh para perokok di Indonesia dalam
satu harinya.
Dengan sumber daya ekonomi yang sudah terbatas, 63
persen laki-laki dewasa dari 20 persen penduduk termiskin di Indonesia,
melalui konsumsi rokoknya, telah menyumbang 12 persen penghasilan
bulanannya kepada industri rokok.
Bahkan, menurut data Susenas
2006 menunjukan bahwa pengeluaran untuk membeli rokok adalah 5 kali
lebih besar dari pengeluaran untuk telur dan susu (2,3 persen), 2 kali
lipat pengeluaran untuk ikan (6,8 persen), dan 17 kali lipat
pengeluaran membeli daging (0,7 persen).
Ketua Komisi Nasional
Pengendalian Tembakau FA Moeloek mengingatkan pemerintah bahwa usaha
mengatasi kemiskinan tidak akan berhasil dilakukan oleh apabila
permasalahan rokok dan tembakau tersebut tidak diselesaikan.
Menurutnya,
pemerintah harus segera mengatur masalah tersebut, salah satunya
melalui UU pengaturan tembakau. "Pengentasan kemiskinan tidak mungkin
terjadi kalau masalah tembakau ini belum diselesaikan. Kalau pemerintah
mau entaskan kemiskinan atur rokok ini secara baik melalui
undang-undang atau yang lainnya," katanya saat jumpa pers di Gedung
Kebangkitan Nasional Stovia, Jakarta, Minggu.
1 comments:
waw,pasti bnyak banget asap yang merugikan y
Post a Comment