Monday 12 April 2010


Perut buncit bukan hanya aib bagi penampilan, tapi juga bisa jadi pertanda bahwa seseorang mengalami sindrom metabolik. Istilah itu mungkin masih terdengar tak akrab di telinga. Tapi tahukah Anda? Sindrom yang satu ini bukanlah himpunan gejala serentak pertanda ketidaknormalan tertentu yang dapat diremehkan!

Sindrom metabolik boleh dibilang sebagai biang dari berbagai penyakit degenerasi dan kardiovaskuler yang mematikan seperti hipertensi, diabetes melitus (DM) tipe 2, hingga serangan jantung dan stroke. “Sindrom metabolik dapat diartikan sebagai kumpulan gejala gangguan metabolik. Ia hadir nyaris tanpa gejala, namun bila dibiarkan bisa berakhir pada penyakit kardiovaskuler yang bisa mematikan,” ungkap Dr dr Sugiarto SpPD, ahli penyakit dalam RS Islam Solo.

Meski sindrom ini tak nyata menunjukkan tanda kehadiran, sindrom metabolik dapat diketahui melalui beberapa hal, yaitu obesitas sentral berupa kegemukan di sekitar perut. Untuk memastikannya coba ukur lingkar pinggang Anda! Jika Anda pria dan memiliki ukuran lingkar pinggang lebih dari 90 sentimeter, ada kemungkinan Anda mengalami gangguan metabolik. Sementara bagi perempuan, perlu berhati-hati apabila ukuran pinggang sudah lebih dari 80 sentimeter.

Hal kedua yang menandai adanya gangguan metabolik adalah tekanan darah di atas 130/80 mmHg. Ketiga, kadar kolesterol baik (HDL-high density lipoprotein) di bawah 40 mg/dL untuk pria dan di bawah 50 mg/dL bagi wanita. Keempat, gula darah puasa di atas 110 mg/dL dan kelima kadar trigliserid di atas 150 mg/dL. “Seseorang baru bisa dikatakan mengidap sindrom metabolik bila mengalami dua hingga tiga tanda tersebut,” jelas Sugiarto.

Kecuali obesitas sentral, empat tanda sindrom metabolik lain sering kali hadir tanpa mengakibatkan keluhan apapun. Alhasil, banyak pengidap sindrom metabolik tidak sadar bahwa tubuhnya sedang mengalami ketidakberesan. Apabila tidak dilakukan penanganan, dalam jangka waktu lima hingga 10 tahun mendatang, besar kemungkinan yang bersangkutan mengalami hipertensi, diabetes melitus atau gangguan kardiovaskuler lain.

Api dalam sekam
Bila dianalogikan, sindrom metabolik ibarat api kecil yang siap membesar dan membakar rumah. Memang belum ada perabot dan bagian rumah yang terbakar, namun api yang kecil bisa membesar sewaktu-waktu dan membakar bagian rumah yang merupakan representasi tubuh manusia. Biasanya orang baru sadar ada yang tidak beres setelah api mulai membakar rumah. Padahal, bila mau lebih cermat, kerugian akibat kebakaran seharusnya bisa dihindari andai sejak awal kita sudah mematikan si api kecil.

“Begitu pula dengan sindrom metabolik. Kebanyakan pasien baru datang setelah ada keluhan, padahal itu sudah terlambat, dalam arti sudah ada organ tubuh yang rusak dan terganggu. Seharusnya, hal itu bisa dicegah bila gangguan metabolik segera ditangani,” jelas dia panjang lebar.

Menurut ahli penyakit dalam lainnya, dr Didit Novianto SpPD, pendeteksian sindrom metabolik yang dini, memberi peluang lebih besar bagi seseorang untuk terhindar dari berbagai penyakit degenerasi dan kardiovaskuler. Perhitungan logisnya begini, proses peralihan dari kondisi sindrom metabolik menjadi penyakit, seperti hipertensi atau kencing manis, membutuhkan waktu sekitar lima hingga 10 tahun. Apabila kondisi ini diketahui lebih cepat, itu artinya Anda masih punya waktu sekitar lima tahun untuk mulai melakukan penanganan. Waktu yang cukup panjang untuk mencegah penyakit.
Seperti pergeseran tren usia pasien pada penyakit degenerasi, pengidap sindrom metabolik juga mengalami pergeseran. Kalau sebelumnya, gangguan metabolik hanya dialami oleh orang-orang berusia diatas 40 tahun kini jangan tercengang bila gangguan tersebut juga dialami oleh orang berusia muda atau bahkan anak. Pola hidup yang serba instan dan minim aktivitas ditengarai memicu pergeseran tren tersebut.

“Pola makan harus diatur sejak usia dini. Pasalnya, belakangan banyak lo anak yang mulai mengalami gangguan metabolik karena terbiasa menjalani pola hidup tidak sehat sejak kecil,” ungkapnya lagi.


Sumber
Solopos

Artikel Yang Berhubungan



0 comments: