Wednesday 17 March 2010

Uang Receh untuk Cinta

"Kebahagiaan Anda tumbuh berkembang manakala Anda turut membantu orang lain.
Namun, bilamana Anda tidak mencoba membantu sesama, kebahagiaan akan layu
dan mengering. Kebahagiaan bagaikan sebuah tanaman; harus disirami setiap
hari dengan sikap dan tindakan memberi."
-- J. Donald Walters, penulis dan pengajar asal Rumania, tinggal di India

ANAK kecil itu lari tergopoh-gopoh. Di tangan kecilnya tergenggam beberapa
uang receh. Jumlahnya tak seberapa. Namun dia memiliki niat mulia. Uang itu
diserahkan pada tim pengumpul koin untuk Bilqis. Bilqis Anindya Passa,
demikian nama lengkapnya, adalah anak laki-laki yang baru berusia tujuh
belas bulan. Namun nasibnya sungguh tak beruntung. Dia diketahui mengidap
penyakit atresia billier atau gangguan pada saluran empedu. Tayangan di
televisi memperlihatkan kondisi perutnya yang besar dan matanya yang
berwarna kuning. Sungguh pemandangan yang sangat menyayat hati.

Untuk menyembuhkan penyakitnya, Bilqis harus menjalani operasi cangkok hati
yang ongkosnya mencapai Rp 1 miliar. Orang tuanya tak mampu untuk membayar
ongkos operasi sebesar itu. Akun Bilqis di Facebook pun dibuka dengan nama
Koin Cinta Bilqis. Beberapa sukarelawan kemudian ikut bergabung dalam
gerakan mulia ini dalam membantu mengumpulkan koin bagi Bilqis. Media massa
yang merupakan ujung tombak penyebaran informasi, sangat membantu dalam
memberitakan penyakit yang diderita Bilqis, sekaligus kebutuhannya akan
besarnya biaya operasi. Publikasi gencar melalui media massa akhirnya
membuat para tetangga pun tahu penyakit Bilqis. "Uang itu dari dua anak
saya yang sengaja menukarkan uang logam. Semua untuk Bilqis. Namanya juga
kita bertetangga, tentu kita bersaudara." tutur Manih, tetangga Bilqis, yang
ikut menyumbangkan 230 keping uang logam.

Pengumpulan dana semacam ini terilhami Gerakan Koin untuk Prita Mulyasari.
Suatu gerakan dari masyarakat luas untuk mendukung Prita yang tengah
menghadapi masalah hukum dengan sebuah rumah sakit. Prita dituduh telah
mencemarkan nama baik pihak rumah sakit hanya karena berkeluh kesah melalui
email. Gerakan ini tentu saja membuat lega siapa pun. Di saat negara ini
dinilai belum lagi mampu memberikan pelayanan kesehatan bagi publik dengan
baik, toh kepedulian publik teramat besar. Publik sama sekali tak banyak
menuntut, tak banyak bicara, meski di luar sana misalnya, tengah terdengar
pemberitaan tentang pembelian mobil mewah bernilai miliaran rupiah yang
diperuntukkan bagi para pejabat negara. Rakyat mungkin hatinya terluka
dengan isu pembelian mobil mewah tersebut. Namun hati nurani mereka tetaplah
murni. Mereka memilih tidak berteriak-teriak, memaki, ataupun menghujat.
Mereka justru merogoh kantongnya, mencari uang logam untuk disumbangkan bagi
mereka yang membutuhkan. Meski jumlahnya katakanlah tak seberapa.

Koin atau receh. Memang ada yang menganggap tak banyak berarti, kecuali
untuk uang kembalian atau alat untuk kerik pada saat tubuh masuk angin.
Namun uang receh jangan dianggap remeh. Dia dapat menjadi sebuah simbol
cinta kasih. Uang receh menjadi penghubung kepedulian terhadap sesama. Tak
perlu harus menjadi kaya terlebih dahulu untuk dapat menyumbangkan koin.
Karena siapa pun dapat tergerak hatinya untuk melakukan gerakan ini. Gerakan
ini menunjukkan kepada kita bahwa masih banyak saudara-saudara kita yang
memerlukan uluran tangan dari kita. Sikap berbagi terhadap sesama perlu
terus digalakkan. Anda tak akan rugi sedikit pun jika Anda mau berbagi
terhadap sesama, walau hanya dengan sekeping uang logam.

Hukum kekekalan energi mengatakan, tiada energi yang hilang bila
dikeluarkan. Alangkah indahnya, bila mulai kini, kita semua mengumpulkan
uang receh dalam sebuah wadah yang suatu saat akan berguna bagi saudara
kita. Sumbangan atau uang itu memang akan berpindah tangan. Namun
hakikatnya, dia akan kembali pada kita suatu saat nanti, dalam bentuk lain,
yang akan menolong kita.


Oleh: Sonny Wibisono
*) Sonny Wibisono, penulis buku 'Message of Monday', PT Elex Media
Komputindo, 2009


Artikel Yang Berhubungan



0 comments: