Thursday, 26 August 2010
BANDUNG--Gangguan kesehatan akibat kekurangan yodium masih menjadi persoalan di Jawa Barat. Jumlah masyarakat Jabar yang kekurangan yodium masih cukup banyak meski dibandingkan provinsi lain relatih rendah.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar, Alma Lucyati, Selasa (24/8), mengungkapkan nilai prevalensi rata-rata Jabar dalam penderita gangguan akibat kekurangan yodium (gaky) pada 2009 sebesar tujuh persen dari jumlah penduduk. Hal ini berarti penderita gaky di Jabar sekitar 2,9 juta orang dari 42 juta penduduk. Jumlah tersebut masih dalam kategori provinsi dengan endemik ringan
“Jumlah tersebut masih sangat besar jika dilihat banyaknya jumlah penduduk di Jabar. Saat ini kami masih terus mengkampanyekan tentang konsumsi garam beryodium untuk masyarakat,” ujarnya. Peraturan daerah (perda) Jawa Barat tentang garam beryodium baru saja disahkan Senin (23/8). Umumnya, papar Alma, para penderita gaky kurang dapat mengakses garam beryodium.
Hal ini dapat dilihat dari tiga daerah di Jabar yang menjadi endemik kekurangan yodium, yaitu Kabupaten Purwakarta yang termasuk dalam kategori endemik berat dengan prevalensi sebesar 30,2 persen dari jumlah penduduk. Sedangkan dua daerah lainnya, yaitu Kabupaten Sukabumi dengan 27 persen dan Kuningan dengan 21 persen. Dua daerah tersebut termasuk dalam daerah endemik sedang.
“Padahal yodium merupakan elemen yang sangat penting untuk pembentukan hormon tiroid. Hormon tersebut diperlukan untuk pertumbuhan normal, perkembangan mental dan fisik, baik pada manusia maupun hewan,” imbuhnya.
Akibat yang sangat dikenal orang akibat kekurangan yodium adalah gondok, yakni pembesaran kelenjar tiroid di daerah leher, yang umumnya terjadi pada orang dewasa yang kekurangan yodium. Selain itu, kekurangan yodium juga dapat terkena pada janin dan balita. GAKY yang terjadi pada janin disebabkan karena ibunya mengalami kekurangan yodium. Sehingga menyebabkan besarnya angka kejadian lahir mati, abortus, dan cacat bawaan.
Sedangkan pada balita, akan terjadi perlambatan pertumbuhan atau kerdil. Hipotiroidisme atau kekurangan hormon tiroid akan menetap sejak bayi sampai masa anak. Ini berakibat pada retardasi perkembangan fisik dan mental, serta risiko kelainan mental sangat tinggi.
Sumber
REPUBLIKA.CO.ID
Website yang berhubungan :
Info Teknologi
Sentuhan Rohani
Trik and Tips
Info Pendidikan
Info Kesehatan
Forum Di Web
Puisi-Puisi Ku
Artikel Yang Berhubungan
- Sidang Cerai Aa Gym Digelar 19 April
- Masalah dan Solusi Kesehatan di Usia 20-30 Tahun
- Masalah dan Solusi Kesehatan di Usia 40-60 Tahun
- Lumpuh Tidur tidak Berkaitan dengan Mistis
- Hancurkan Sel Lemak dengan USG
- Enzim Caspase 8 Bantu Pengobatan Kanker
- Fakta tentang Bahaya Racun Radiasi
- Kenali Penyebab Kematian Elizabeth Taylor
- Yuk, Bereksperimen Gaya dan Warna Rambut
- Jins Supermahal Rp17,8 Juta
- Hati-hati! Beredar Terasi Mengandung Zat Pewarna
- RSD Sumenep Krisis Dokter Spesialis
- Ilmuwan Temukan Vaksin Efektif untuk TB
- Jika Gunung Ini Meletus, 2/3 Amerika Hancur
- Duh, Pengidap HIV/AIDS di Jayapura Didominasi Ibu Rumah Tangga
- Belum terbayar, Klaim Rp 1,8 Miliar untuk Pengobatan Korban Merapi di RSUP Dr Sardjito
- Duh, 36 Balita di Banjarmasin Alami Gizi Buruk
- Busana Terbaik di Ajang Golden Globe 2011
- Suguhan Eksotis di Tebing Bali
- Kelainan Genetik Sebabkan Bocah Perempuan di Bandung Berkelamin Ganda
- Tertipu Suami Berkelamin Wanita
- AA Gym Ceraikan Teh Ninih
- Wanita Jago Masak Masih Menjadi Dambaan
- Ibu Di Atas Usia 35 Tahun Disarankan Tidak Hamil
- Tampil Seksi Saat Hamil
Labels: Berita
0 comments:
Post a Comment