Tuesday, 20 April 2010
Jakarta, Kompas - Pemerintah berupaya mendorong para dokter agar ikut memasyarakatkan penggunaan jamu sebagai usaha promotif dan preventif. Untuk itu, diupayakan kerja sama antara peneliti dan tenaga kesehatan, dalam hal ini para dokter.
Selama ini terkesan para dokter anti terhadap jamu. Padahal, di negara Asia lainnya terbukti kedokteran Barat dan Timur dapat berdampingan. Apalagi, di Indonesia pemakaian jamu sudah menjadi tradisi, ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Kesehatan Agus Purwadianto dalam jumpa pers terkait penyelenggaraan Simposium Nasional V Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Selasa (8/12).
Para dokter tersebut, menurut Agus, dapat menggunakan jamu sebagai upaya preventif, promotif, dan rehabilitatif dalam kegiatan praktik pribadi mereka sehari-hari. Jamu yang digunakan tentu yang sudah direkomendasikan Balitbang Depkes dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sudah ada berbagai jenis tanaman obat yang berkhasiat dan terbukti aman, dalam hal ini asli jamu dan bukan fitofarmaka (obat herbal yang telah lulus uji klinik), ujarnya.
Untuk memperkuat pemasyarakatan jamu, jamu diarahkan penggunaannya dalam konteks pengalaman empiris dan holistik. Saat ini telah ada kerja sama dengan Ikatan Dokter Herbal Indonesia untuk menentukan standardisasinya. Sangat dibutuhkan kerja sama peneliti dan para dokter nantinya, kata Agus.
Sebagai model untuk memasukkan jamu dalam praktik kedokteran, akan dilaksanakan pencanangan Griya Sehat di Jawa Tengah pada 28 Desember mendatang.
Anggaran penelitian
Agus mengatakan, anggaran Balitbang Depkes sebesar Rp 170 miliar, dengan kata lain sekitar 0,28 persen dari total anggaran Departemen Kesehatan. Fokus penelitian Balitbang Depkes, antara lain, sainstifikasi jamu, sel punca, penyakit menular (tuberkulosis dan malaria), katarak dan sindrom metabolik, emerging dan re-emerging diseases, gizi dan makanan, serta lingkungan dan kesehatan.
Selain itu, terdapat riset khusus untuk data dasar. Pemerintah akan menyelenggarakan riset kesehatan dasar pada tahun 2011 dan data dasar untuk program kabinet tahun 2013, ujar Agus.
Dalam kesempatan tersebut terbentuk pula Asosiasi Peneliti Kesehatan Indonesia yang diresmikan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih. Dalam sambutannya, Menkes menyatakan harapannya agar peneliti kesehatan ikut berperan besar dalam pembangunan kesehatan. (INE)
0 comments:
Post a Comment