Tuesday, 20 April 2010

Penurunan Angka Kematian Bayi Lamban

Penurunan angka kematian bayi dan anak balita terbilang sangat lamban. Hingga saat ini, kematian bayi umumnya sebelum bayi berusia 28 hari.

Hal itu terungkap dalam talkshow bertajuk Di Balik Kematian Bayi dan Balita dalam rangka Hari Kesehatan Nasional 2009, pekan lalu.

Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan Budihardja dalam pembukaan acara itu mengatakan, angka kematian bayi di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Brunei, Singapura, dan Malaysia. Lebih dari 50 persen bayi meninggal sebelum berusia satu bulan.

Angka kematian bayi di Indonesia rata-rata 34 bayi per 1.000 kelahiran hidup. Angka tersebut tidak terlalu menggembirakan mengingat hanya terjadi sedikit perbaikan dibandingkan dengan sekitar lima tahun lalu (2003) yang angkanya 35 bayi per 1.000 kelahiran hidup. Demikian pula dengan angka kematian anak berusia di bawah lima tahun (balita) yang saat ini 44 anak balita per 1.000 kelahiran hidup atau tidak beranjak jauh dari angka tahun 2003, yakni 46 per 1.000 kelahiran hidup.

Padahal, target tujuan pembangunan milenium (MDGfs) antara lain menurunkan angka kematian anak balita sebesar dua pertiganya dalam kurun waktu 1990-2015. Pada tahun 2015 diharapkan angka kematian bayi sebesar 23 bayi per 1.000 kelahiran hidup dan 32 anak balita per 1.000 kelahiran hidup.

Preventif dan promotif

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia Badriul Hegar mengatakan,

penyebab kematian bayi berusia di bawah satu bulan adalah sekitar 29 persen disebabkan berat badan rendah, 27 persen gangguan pernapasan, dan sekitar 10 persen masalah nutrisi.

Dia berpandangan, guna menekan angka kematian bayi dan anak balita, yang terpenting ialah upaya preventif dan promotif. Usaha promotif antara lain melalui promosi penggunaan air susu ibu, nutrisi adekuat, kebersihan diri, dan lingkungan. Upaya preventif antara lain melalui imunisasi dasar. Selain itu, perlu pula fasilitas pengobatan tingkat komunitas melalui fasilitas seperti puskesmas.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Sentra Laktasi Indonesia Utami Roesli mengatakan, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat menekan sampai 22 persen kematian bayi. Praktik pemberian asi secara eksklusif selama enam bulan akan menurunkan kematian bayi 13 persen.

Segera setelah lahir, tengkurapkan bayi dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu selama setidaknya satu jam. Praktik sederhana itu akan menurunkan risiko kematian bayi, ujarnya. (INE)

Sumber
Jakarta, Kompas

Artikel Yang Berhubungan



0 comments: