Thursday, 13 August 2009

" Konstruktivisme "

Pembelajaran teori kontemporer adalah pembelajaran berdasarkan teori belajar konstruktivisme. Pembelajaran berfungsi membekali kemampuan siswa mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan dalam belajar. Sesuai dengan prinsip belajar teori konstruktivisme, maka dalam pembelajarannya nampak ada pergeseran fungsi guru dan buku sumber sebagai sumber informasi. Guru lebih berfungsi membekali kemampuan siswa dalam menyeleksi informasi yang dibutuhkan.



Menerapkan Pembelajaran “Student-centered learning strategies”.
Pembelajaran konstruktivisme mengkritisi konsep pembelajaran yang selama ini, belajar mengajar dalam arti cenderung berpusat pada subjek belajar. Pengajar dan siswa sama-sama aktif, siswa aktif mengkonstruksi pengetahuan dan pengajar sebagai fasilitator. Bentuk pembelajaran “student-centered” dilaksanankan melalui belajar aktif, belajar mandiri, belajar kooperatif dan kolaboratif, generative learning dan problem-based learning.
Model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori konstruktivisme mencakup pembelajaran kontekstual dan kuantum.

1. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)
Dirancang dan dilaksanakan berdasarkan landasan filosofis konstruktivisme, yaitu suatu filosofis belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang dikembangkan oleh John Dewe pada awal abad 20 tahun yang lalu. Pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang membantu guru dalam mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan amelibatkan 7 komponen utama pembelajaran efektif, yaiu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, permodelan dan penilaian sebenarnya.

a. Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir yang dipergunakan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Dalam pandangan konstruktivis, “strategi memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan aseberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan :
1. menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa
2. memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan
3. menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

b. Menemukan
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CLT (contextual Learning and Teaching). Siklus inkuiri :observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan penyimpulan
Langkah-langkah kegiatan menemukan (inkuiri) :
a. merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun), Bagaimanakah silsilah raja-raja majapahit?(sejarah), Bagaimanakah cara melukiskan suasana menikmati ikan bakar di tepi pantai kendari? (bahasa Indonesia), ada beberapa jeni tumbuhanmenurut bentuk bijinya?(biologi), kota mana saja yang termasuk kota besar Indonesia?(geografi)
b. mengamati atau melakukan observasi
membaca buku aatau sumber lain untuk mendapatkan informasi pendukung, mengamati, dan mengumpulkan adata sebanyak-banyaknya dari sumber atau objek yang diamati
c. menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya.
d. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain : bertanya jawab dengan teman memunculkan ide-ide baru, melakukan refleksi, menempelkan gambar, karya tulis, peta, dan sejenisnya di dinding kelas, dinding sekolah, majalah dinding, majalah sekolah, dsb.

c. Bertanya
Questioning (bertanya) merupakan strategi tahap pembelajaran yang berbasis CLT.bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, dan mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

d. Masyarakat belajar
Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CLT, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok yang anggotanya bersifat heterogen. Misalnya ahli internet, sablon dan sebagainya. “Masyarakat belajar” bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. “seorang guru yang mengajari siswanya” bukan contoh masyarakat belajar karen komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak ada arus informasi yang perlu dipelajari oleh guru yang datang dari arah siswa. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi bila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang memiliki pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari

e. Permodelan
Maksudnya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa di tiru. model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu guru memberi model tentang bagaimana cara belajar.

f. Refleksi
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru di pelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu siswa mengedepankan apa yang baru di pelajarinya sebahai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pengetahuan yang bermakna di peroleh dari proses. Pengetahuan yang di miliki siswa di perluas melalui konteks pembelajaran, kemudian sedikit demi sedikit bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi.

g. Penilaian yang sebenarnya
Penilaian adalah proses pengumpulan data yang memberikan gambaran perkembangan siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu di ketahui oleh guru agar bisa memastikan siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasi siswa mengalami kemacetan belajar maka guru segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar karena gambaran tentang kemajuan belajar diperlukan sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode pembelajaran tetapi di lakukan bersama secara integrer tidak terpisah dari kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang benar di tekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (Learning How To Learn) bukan di tekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran karena asses ment menekankan pada proses pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses bukan melulu hasil.

Sumber Maubaca.com/forum

Artikel Yang Berhubungan



0 comments: