Tuesday, 19 January 2010

Jangan Abaikan Kondisi Individu

Pengobatan filariasis tidak boleh sembarangan dan harus dilakukan dengan tingkat kehati-hatian tinggi serta perbedaan kondisi individu tidak bisa diabaikan. Dengan adanya korban meninggal, pelaksanaan pengobatan itu sudah sepatutnya dievaluasi.

Sejumlah warga penerima program pengobatan massal filariasis pada 10 November 2009 di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, meninggal dunia.

Pengobatan massal itu menggunakan diethylcarbamazine citrate (DEC), albendazole (obat cacing), dan parasetamol. Dosis DEC diberikan berdasarkan umur. Warga di atas 14 tahun mendapat tiga tablet DEC, per tablet 100 miligram. Anak 6-14 tahun sebanyak dua tablet dan anak 2-5 tahun satu tablet. Komite Ahli Penyakit Filariasis Indonesia mengumumkan, kematian lima warga di Kabupaten Bandung tidak ada kaitan dengan obat filariasis, melainkan karena serangan jantung dan stroke.

Eradikasi filariasis penting, tetapi jangan lupa bahwa pemberian obat tidak dapat mengabaikan kondisi individu. Tidak cukup dengan mengikuti prosedur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang digunakan di berbagai negara, ujar farmakolog Universitas Gadjah Mada, Iwan Dwiprahasto, Kamis (19/11).

Penyelidikan kematian yang bertepatan dengan pengobatan massal itu harus benar-benar akurat, yakni lewat otopsi agar bisa diketahui pasti penyebab kematian, tidak berspekulasi.

Hal senada diungkapkan guru besar Farmakologi Universitas Indonesia, Iwan Darmansjah. Dia mengatakan, kehati-hatian sangat perlu mengingat DEC bukan obat aman lantaran mempunyai efek samping yang banyak. DEC merupakan obat antifilaria yang bekerja membunuh mikrofilaria dan cacing dewasanya.

Dengan adanya efek samping, terutama akibat cacing yang terbunuh, pemberian obat itu harus hati-hati dan perlu dilakukan seleksi penerima obat. Pada orang dengan jumlah mikrofilaria tinggi,sekalipun belum menunjukkan gejala klinis, cacingnya mati sekaligus dalam jumlah besar. Itu dapat menyumbat pembuluh darah. Pengurangan dosis dapat meminimalkan efek, ujarnya.

Oleh karena itu, survei menjadi sangat penting. Di daerah yang tingkat infeksi mikrofilariasisnya tinggi pengobatan tidak bisa sembarangan. Kondisi lingkungan juga tidak bisa diabaikan. Di daerah yang baru tertimpa bencana alam, seperti gempa, paparan terhadap nyamuk sebagai vektor filariasis jauh lebih besar, ujarnya.

Iwan berpandangan serupa. Seleksi penerima obat sangat penting. Orang yang lanjut usia, misalnya, harus mendapat obat di bawah pengawasan dan sebaiknya minum di rumah sakit.

Adapun orang dengan penurunan fungsi ginjal, dosis harus disesuaikan (diturunkan) dan diberikan di rumah sakit di bawah pengawasan dokter. Demikian juga orang dengan infeksi sekunder lainnya. Orang dengan penyakit kronis juga tidak diperkenankan minum obat itu.

Peran tenaga kesehatan di lapangan sangat besar. Sebagai contoh, tidak mudah mendeteksi perempuan hamil muda karena bisa jadi perempuan itu juga belum tahu dirinya hamil. Kader perlu menanyakan waktu terakhir menstruasi, ujarnya.

Artikel Yang Berhubungan



0 comments: