Monday, 11 January 2010
Preservasi,suatu kata atau istilah yang baru saja saya dengar beberapa bulan ini,karena sebelumnya mungkin saya mengenal istilah ini dengan kata lain seperti merawat,atau memperbaiki suatu benda yang sudah rusak atau mungkin lebih halusnya adalah melestarikan.Mungkin bagi sebagian orang istilah preservasi ini masih jarang di dengar,sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar dari kita pasti pernah melakukannya,hanya saja kita tidak mengetahui atau tidak menyadari bahwa kegiatan kita itu adalah salah satu dari kegiatan preservasi,kebetulan di semester ini saya mendapatkan mata-kuliah Media & Informasi preservasi sehingga rasa penasaran saya mengenai “preservasi” tersebut bisa sedikit terpenuhi.
Disini saya akan sedikit memberikan ulasan-ulasan atau pandangan-pandangan tentang preservasi dari apa yang sudah saya dapat di perkuliahan ataupun dalam prakteknya itu sendiri.
Preservasi dalam pengertian umumnya adalah merawat,memperbaiki atau melestarikan,kegiatan preservasi biasa disebut pelestarian,mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan [ustaka dan arsip,termasuk di dalamnya kebijakan pengolahan,metode dan tehnik,sumber daya manusia dan penyimpanannya.Bahasan preservasi disini akan lebih mengarah kepada kegiatan preservasi dalam perpustakaan.Jika di ambil dari sudut pandang perpustakaan preservai adalah kegiatan yang terencana dan terkelola untuk memastikan agar koleksi perpustakaan dapat terus dipakai selama mungkin,pada dasarnya preservasi itu upaya uagar semua bahan koleksi cetak maupun non cetak pada perpustakaan bisa bertahan lebih lama dan tidak cepat rusak.
Perpustakaan merupakan system yang di dalamnya terdapat aktifitas pengumpulan,pengolahan,pengawetan,pelestarian dan penyajian serta penyebaran informasi,suatu kemungkinan yang sangat besar jika kegiatan preservasi itu menjadi bagian dalam manajemen perpustakaan dan terorganisir dengan baik.Setiap kegiatan yang terjadi pada suatu perpustakaan dalam menjaga bahan pustakanya.
Preservasi merupakan semua unsur pengolahan,cara penyimpanan,alat bantu,ketenaga kerjaan maupun metode yang digunakan untuk melestarikan bahan pustaka,dokumentasi arsip maupun informasi yang di kandungnya,preservasi itu pada dasarnya adalah upaya mempertahankan sumber daya cultural dan intelektual agar dapat digunakan sampai batas waktu yang selama mungkin.Khusunya lagi pada bahan koleksi buku yang terdapat pada perpustakaan,preservasi memainkan peran yang penting dalam pertumbuhan kekayaan intelektual dan pengembangan profesionalisme pada seseorang
Dalam sepuluh tahun terakhir pada abad ke-20 Preservasi telah berkembang menjadi salah satu macam pekerjaan yang menarik perhatian dalam dunia perpustakaan,oleh karena itu akhir-akhir ini setiap perpustakaan selalu menerapkan kegiatan preservasi ini,kebetulan belum lama ini kelas tempat saya kuliah mendapat kesempatan untuk kuliah praktek tentang preservasi di PERPUSNAS,disana saya dan teman-teman mendapatkan ilmu dan arti pentingnya preservasi bagi sebuah perpustakaan.
Banyak hal yang saya dapatkan disana,dari mulai mereproduksi bahan pustaka yang sudah rusak,memperbaiki kertas dengan cara menambal,sampai dengan mengolah data dari bahan pustaka cetak menjadi digital,ketika saya bertanya kepada salah seorang pekerja disana,ternyata khusus untuk bahan pustaka yang benar-benar rusak namun informasinya masih bisa didapatkan harus segera di olah data informasinya dan disimpan dalam bentuk digital,suatu proses yang menurut saya benar-benar mengagumkan.
Ketika melakukan kuliah praktek disan saya menemukan banyak istilah baru,seperti Book redel istilah ini digunakan ketika melakukan suatu kegiatan preservasi yang berhubungan dengan reproduksi bahan pustaka ke dalam micro film,saya menemukan teknologi-teknologi baru yang sangat membantu dalam kegiatan preservasi ini,contohnya adalah sebuah alat yang bisa meneyeimbangkan sebuah buku atau bahan pustaka yang sudah rapuh ketika akan di foto,sebelumnya buku itu di letakkan di atas alat lalu diratakan dengan kaca proses ini disebut Bynding ini berfungsi agar bahan pustaka yang hendak di foto dan di olah informasinya ke dalam micro film ini bisa terbaca atau terlihat dengan jelas tanpa ada lekukan dan juga pantulan cahaya,maklum proses ini memerlukan kaca dan cahaya dari lampu sehingga sangat riskan sekali terjadi pantulan cahaya pada kaca,namun dengan sudut-sudut yang sudah di tetapkan pantulan cahaya ini tidak akan terjadi.
Proses mengolah data bahan pustaka dari cetak ke dalam non cetak telah selesai,sekarang saatnya mencetaknya kembali ke dalam micro film,hal pertama yang saya rasakan ketika masuk ke dalam ruangan untuk memproduksi micro film adalah “bau” ternyata hal ini sudah menjadi hal yang wajar disana,diakrenakan proses pencetakan bahan pustaka non cetak ke dalam micro film harus menggunakan bahan-bahan kimia yang baunya sangat menyengat,bayangkan saja roll film yang dipakai pun terbuat dari kulit sapi yang di impor langsung dari Amerika dan tidak di produksi di Indonesia.
Perawatan dari roll fim yang sudah jadi pun tidak mudah,karena bis-bisa roll filmnya membusuk,wajar karena terbuat dari bahan-bahan kimiawi,saat itu saya menemukan roll film yang sudah membusuk,roll itu mengkerut dan mengeluarkan bau anyir,beberapa saat saya merasakan seperti berada di pasar ikan,ternyata roll film itu membusuk dikarenakan tidak disimpan pada tempatnya,roll fil yang terbuat dari kulit sapi itu harus di simpan dalam ruangan bersuhu 18 sampai dengan 20 derajat celcius.
Berangkat dari ruangan proses micrografi kita beranjak ke dalam ruangn Fotografi,dari namanya saja pasti bisa terbayang kan kegiatan apa saja yang dilakukan disini,kegiatan disini adalah mereproduksi bahan pustaka dan mencetaknya kembali agar informasi yang di dapatkan bisa bertahan lebih lama.Ketika saya memasuki ruangan pemotretan bahan pustaka saya melihat ada iBox apple Mac! Wow suatau barang yang menurut saya mewah untuk digunakan di kantor seperti ini.
Pastinya ada alasan mengapa hanya di ruangan itu saja yang memakai computer dari apple tersebut,ketika saya bertanya soal mengapa hanya di ruangan itu saja yang memakai computer khusus pekerja disana menjawab bahwa hanya dengan computer ini dan OS (operating System) Macintosh inilah Kamera mahal seharga Rp 450.000.000,00 itu bisa berfungsi dan langsung connect dikarenakan software yang digunakan yaitu Capture One hanya bisa digunakan dengan operating system Macintosh ini,benar-benar sebuah harga yang fantastis untuk barang-barang kantoran biasa,namun ini pun dilakukan demi mendapatkan hasil yang maksimal tentunya.Kami sempat merasakan di foto menggunakan kamera dengan harga selangit itu,haha ternyata rasanya biasa aja,namun hasil foto nya ini sedikit membuat saya jengkel dikarenakan jerawat-jerawat kecil di wajah saya dapat terlihat jelas,hahaha.Slesai dari tempat pemotretan saya masuk ke dalam ruangan pencetakan bahan pustaka,sebuah ruangan yang gelap dan dipenuhi arsip yang sudah mulai mengeluarkan bau menyengat,disna saya ditunjukan proses pencetakan dari roll film menjadi sebuah foto yang bernilai informasi tinggi,saya masih ingat ada istilah Changing bag,ketika ditanyakan ternyata changing bag adalah sebuah ruangan gelap untuk perpindahan roll untuk mencegah terjadinya roll yang terbakar,haha istilah yang unik ya.
Setelah melihat hasil percetakan saya masuk dalam ruangan khusus bahan pustaka digital,ketika saya masuk saya menemukan suatu alat yang besar seperti keyboard piano dan juga alat foto box,dan hal ini pun di benarkan oleh pekerja disana tetapi yang dibenarkan adalah bentuk alatnya yang mirip piano,bukan alatnya adalah piano,ternyata alat itu adalh scanner generasi ke-2,scanner geerasi pertama tentunya sudah kita ketahui yang seperti ada di warnet-warnet dan di tempat computer.Kegunaan scanner ini ternyata sama saja yaitu scan gamabar/foto namun bedanya scanner ini bisa menscan foto dengan ukuran yang lebih besar,saat itu mereka menunjukan cara penerjaan dan proses dalam scanning nya,dan yang di scan adalah sebuah peta Indonesia yang berukuran besar,scanner ini bisa mengcopy gambar dengan resolusi yang sangat besar mencapai 9000 pixel,itu merupakan ukuran yang sangat besar untuk sebuah gambar,lebih dari cukup untuk melihat detail dari sebuah gambar,berangkat dari sana masuklah dalam proses komputerisasi,hasil dari scan tadi dimasukaan ke dalam computer dan diberikan sedikit sentuhan dengan sebuah software yang cukup dikenal masyarakat yaitu Photoshop,guna dari photoshop ini pun untuk sedikit mengedit gambar yang mungkin tadinya kurang jelas atau kotor gambarnya bisa diperbaiki disini,juga memperbaiki warna yang rusak atupun tidak jelas saat proses scanning sebelumnya.
Setelah bahan pustaka selesai di edit lanjut lah ke dalam pengemasan bahan pustaka tersebut menjadi sebuah Elektronik Book atau yang biasa kita kenal dengan E-book,disini lembar demi lembar digital hasil dari scan dkumpulkan dan dibuat menjadi satu dengan menggunakan software khusus Mulitimedia builder,cool edit dan juga tentunya adobe
flash,namun bisa juga dengan menggunaka xara ataupun web styler.Software-software tersebut ada yang umum digunakan oleh orang banyak ada juga yang memang sepertinya di khususkan untuk proses digitalisasi disini.
Berangkat dari tempat tersebutsaya menuju ruangan perbaikan dan perawatan bahan pustaka,saya mendapatkan ilmu tentang bagaimana caranya melaminasi sebuah data tanpa merusak informasi yang terkandung,tidak seperti yang biasa ada di tempoat fotocopyan yaitu laminanting,yang menggunakan proses pemanasan plastik yang bisa menyebabkan bahan pustaka rusak disni kami melakukannya dengan hala yang lebih sederhana yaitu dengan plastik OHP dan juga dobel tape,dengan cara khusus akhirnya bahan pustaka bisa dibungkus dengan plastic pelindung tanpa merusak informasi yang ada,setelah dari laminasi saya mencoba untuk menambal kertyas,saya lup[a apa nama bahan kertasnya namun yang pasti hal itu mudahh dilakukan karena hanya tinggal di tambah air dan di rekatkan,kertas yang rusak bisa menyatu dengan kertas tambalan tersebut,amazing.
Setelah selesai dari ruangan sebelumnya saya menuju ruangan penjilidan,saya memasuki ruangan yang berisi orang-orang dengan bakat pengrajin yang hebat,tangan-tangan bertalenta yang sangat terlatih,bagaimana tidak mereka bisa membuat sebuah buku agenda hanya dalam waktu kurang dari 20 menit,mungkin jika saya yang melakukannya hal itu bisa makan waktu seharian,disini adalah ruangan untuk proses penjulidan bahan pustaka yang cover atau jilaidnya sudah mulai rusak,dengan proses penjilidan ini bahan pustaka yang mualai tercecer bisa dikumpulkan kembali dan menjadi sebuah buku yang terlihat seperti baru.Saya mendapatkan berbagai ilmu doi tempat itu dan juga mendapatkan souvenir sebuah buku hasil dari membuat sendiri,hihi tapi tidak lebih bagus daripada yang dimiliki oleh teman-teman lain,mereka mendapatkan sebuah buku agenda yang tebal yang tentunya bisa berguna di perkuliahan nanti,tapi segini juga udah alhamdulilah.
Banyak hal yang ingin saya ceritakan disini mengenai preservasi dan juga mengenai pengalaman-pengalaman saya dalam melakukan kegiatan preservasi,hal yang ingin sayan samoaikan melalui tulisan ini adalah bahwa pentingnya kegiatan preservasi dilakukan dalam kehidupan kita sehari-hari terutama bagi sebuah perpustakaan yang mengandung banyak bahan pustaka dan informasi yang harus terus dijaga agar bisa bertahan lama dan bis digunakan sampai anak cucu kita nanti.Besar harapan saya menjadikan kegiatan preservasi ini menjadi sebuah rutinitas yang menyenangkandan pastinya berguna bagi kita semua.
1 comments:
bagus...blh saya kutip ga?
buat karya ilmiah saya?
Post a Comment