Thursday, 4 February 2010

Operasi usus buntu merupakan prosedur bedah umum yang paling sering dilakukan di A.S. namun suatu kajian baru menemukan bahwa banyak oprerasi ini sebenarnya tidak dibutuhkan.

Menurut kebijaksanaan medis konvensional sejak akhir Abad ke-19, jika Anda tidak membuang usus buntu Anda yang meradang, ia dapat memecah dan berpotensi mendatangkan komplikasi pengancam hidup seperti seperti abses atau peritonitis.

Studi yang dimuat hari ini di “Archives of Surgery” menyiratkan bahwa usus buntu yang berlubang atau pecah merupakan penyakit yang berbeda dengan peradangan usus buntu yang tidak berlubang. Dengan kata lain, beberapa usus buntu yang meradang tidak akan pecah, tanpa memedulikan berapa lama Anda menunggu untuk menyingkirkan usus buntu Anda itu.

"Saya berpendapat bahwa penyakit usus buntu tidaklah segamblang seperti perkiraan kita semula dan saya percaya bahwa hal ini perlu ditinjau lagi," kata penulis senior Edward Livingston, kepala bagian bedah gastrointestinal dan endokrin di Pusat Medis Universitas “Texas Texas Southwestern di Dallas.

Meskipun penyebab penyakit usus buntu belum diketahui, kajian Livingston ini menghubungkan penyakit usus buntu yang tidak menyebabkan pecahnya usus ini dengan infeksi virus, suatu hubungan yang didukung kasus-kasus pecahnya usus buntu.

Dengan menggunakan data pasien yang pernah dirawat di RS-RS di A.S. dari tahun 1970 s/d 2006, penulis menemukan bahwa tingkat kasus tahunan penyakit usus buntu tak-pecah turun dan naik seiring dengan influensa. Para peneliti tidak mengatakan bahwa flu menyebabkan radang usus buntu, karena di sepanjang satu tahun, influensa musiman memuncak pada musim dingin, sedangkan radang usus buntu tak-pecah terjangkit umumnya pada musim panas.

Tetapi seorang ahli yang diundang khusus untuk mengritik studi ini, yakni Rebecca Britt, seorang ahli bedah di Eastern Virginia Medical School di Norfolk, menperkirakan bahwa influensa mungkin bisa membangun sistem kekebalan sehingga tidak terinfeksi dari orang lain, seperti virus tak dikenal yang menyebabkan apendisitis.

Sesuai dengan beberapa teori, Livingston dkk menulis bahwa infeksi virus bisa merusak selaput lendir usus buntu, yang menyebabkan infeksi bakteri. Beberapa studi menyarankan bahwa pasien sakit usus buntu cukup hanya diberi antibiotik — yang tak tersedia ketika pertama kali operasi usus buntu dilakukan lebih dari satu abad yang — dan hal ini dapat menghilangkan kebutuhan untuk operasi apendiks.

Livingston rencananya akan melakukan suatu percobaan yang memungkinkan semua pasien usus buntu jenis tak-pecah yang ikut serta disembuhkan dengan antibiotik dan hanya mereka yang tidak menunjukkan kesembuhan dalam 12 sampai 24 jam yang akan menjalani operasi.

Dia memraktikkan sendiri apa yang didakwahkan. Tiga tahun yang lalu, kata Livingston, anak lelakinya yang pada waktu itu berusia 14 th pada jam 2 pagi membangunkannya dan istrinya, dokter penyakit dalam, dengan kasus klasik apendisitis. Para Dokter itu menyuruh anaknya untuk kembali tidur dan pada keesokan harinya ia telah sembuh.



Oleh Rita Rubin, USA TODAY

Artikel Yang Berhubungan



0 comments: