Saturday, 20 February 2010

Duduk sepanjang hari mungkin sangat meningkatkan resiko penyakit yang berkaitan dengan gaya hidup, sekalipun seseorang menambahkan dosis sedang atau giat untuk berolahraga secara rutin.

Manfaat kesehatan bagi kegiatan fisik yang mempercepat detak jantung tak diperdebatkan lagi; itu, antara lain, membantu mencegah penyakit jantung dan saluran pembuluh darah, diabetes, dan kegemukan.

Tetapi temuan ilmiah baru-baru ini juga menunjukkan bahwa kondisi tak bergerak yang berkepanjangan saat orang duduk mungkin secara independen berkaitan dengan kondisi semacam itu.

“Waktu duduk mesti didefinisikan sebagai kegiatan otot dan bukan ketiadaan olahraga,” demikian kesimpulan satu tim peneliti Swedia.

“Kami perlu mempertimbangkan bahwa kami berhadapan dengan dua prilaku yang berbeda dan dampaknya,” mereka melaporkan di Journal of Sports Medicine, Inggris.

Dengan dipimpin oleh Elin Ekblom-Bak dari Karolinska Institute di Stockholm, para ilmuwan tersebut mengusulkan “paradigma baru mengenai psikologi tak bergerak”, dan mendesak peneliti lain agar memikirkan kembali definisi gaya hidup duduk terus-menerus.

Mereka menunjuk kepada studi baru-baru ini terhadap orang dewasa Australia yang memperlihatkan bahwa setiap hari peningkatan satu jam orang duduk saat menonton televisi meningkatkan angka sindrom metabolis pada perempuan sebesar 26 persen tak peduli jumlah olahraga sedang-sampai-giat yang dilakukan.

Olahraga fisik harian selama 30 menit menurunkan resiko sebanyak jumlah persentase yang sama, sehingga menunjukkan bahwa menjadi orang yang tak menghabiskan sebagian besar waktu luangnya dengan duduk atau berbaring di dipan, misalnya, dapat menghilangkan manfaat penggunaan “treadmill” atau bersepeda.

Sindrom metabolis didefinisikan sebagai keberadaan tiga, atau lebih, faktor termasuk tekanan darah tinggi, kegemukan perut, kolesterol tinggi atau kondisi tahan insulin.

Penelitian baru diperlukan untuk melihat apakah ada hubungan sebab-akibat antara tak bergerak dan kondisi ini dan, jika benar, bagaimana cara kerjanya, kata para peneliti tersebut.

Salah satu calonnya adalah “lipoprotein lipase” –enzim yang dihasilkan di dalam sel lemak (adipocytes) dan terikat di dinding kapiler atau LPL.

Enzim tersebut memainkan peran penting dalam mengurai lemak di dalam tubuh menjadi bentuk yang bermanfaat.

Penelitian baru-baru ini memperlihatkan bahwa kegiatan LPL, pada tikus, secara mencolok turun melalui kegiatan peregangan otot sama rendahnya dengan sepersepuluh tingkat yang memungkinkan tikus berjalan.

Tingkat LPL selama kegiatan semacam itu “tak terlalu berbeda dari tingkat tikus yang terpajan pada tingkat gerak yang lebih tinggi”, kata para ilmuwan tersebut.

“Ini menekankan pentingnya kontraksi otot setempat, dan bukan kuatnya peregangan,” kata para peneliti itu sebagaimana dilaporkan kantor berita Prancis, AFP.

Semua studi itu menunjukkan bahwa orang bukan hanya perlu sering berolahraga, tapi juga menghindari duduk di satu tempat untuk waktu yang terlalu lama, kata mereka.

Berjalan kaki menaiki tangga dan bukan menggunakan lift, beristirahat selama lima menit dari meja kerja, dan berjalan ketika mungkin untuk mengantar suruhan dan bukan naik mobil sangat disarankan.


Sumber
Solopos
ant/isw

Artikel Yang Berhubungan



0 comments: