Sunday 7 February 2010

Ganggang hijau sangat baik untuk menangani penderita demam berdarah dengue. Tumbuhan ini mampu mempercepat penyembuhan dan memperbaiki kondisi kesehatan pasien.

Hal itu terungkap dalam penelitian bersama sejumlah peneliti dari Rumah Sakit Karya Bhakti Bogor, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PAPDI) cabang Bogor, dan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor yang disosialisasi dalam jumpa pers, Kamis (4/2).

Sebanyak 82 penderita demam berdarah berat diikutsertakan dalam penelitian itu dan dibagi dalam dua kelompok: kelompok perlakuan dan kontrol.

Peneliti utama Adi Teruna dari RS Karya Bhakti mengatakan, kedua kelompok mendapat terapi standar sesuai petunjuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu pemberian cairan, garam tubuh, dan makanan gizi seimbang. Sejauh ini, demam berdarah dengue (DBD) tidak ada obat atau vaksinnya. Selama ini, penderita yang parah jika perlu diberi transfusi darah, albumin, atau plasma. Kadang diberi penghilang rasa sakit atau oksigen.

Dalam penelitian itu kelompok perlakuan terapi ditambah ekstrak ganggang hijau (chlorella) dalam bentuk sirup sebanyak 30 ml per hari. Setelah itu, hemoglobin, hematokrit, dan trombosit penderita diperiksa setiap hari sampai subyek bebas dari simtom DBD dan trombosit meningkat hingga lebih dari 100.000. Hasil penelitian dianalisis secara statistik.

Hasilnya, penggunaan ganggang hijau mampu secara signifikan mempercepat penyembuhan, memperbaiki permeabilitas vaskuler, dan meningkatkan trombosit.

Pada kelompok perlakuan, rata-rata masa penyembuhan 2,76 hari dan pada kelompok kontrol 4,43 hari. Peningkatan trombosit dan penurunan hemoglobin serta hematokrit lebih cepat pada kelompok perlakuan.

Dia mengatakan, DBD merupakan penyakit bersifat self-limited. Dalam dinamikanya tak jarang timbul demam dengan gangguan perdarahan bahkan dapat berkembang menjadi katastrofik (sindroma renjatan dengue). Hal ini karena kemampuan virus memperbanyak diri (replikasi virus) tinggi akibat bantuan enzim reverse transcriptase. Ketika terserang DBD, interferon alfa yang berfungsi melindungi sel dari virus juga tak terbentuk.

Ganggang hijau ditengarai mempercepat penyembuhan dengan cara menghambat enzim reverse transcriptase sehingga menekan perbanyakan virus.

Selain itu, ganggang hijau juga meningkatkan imunitas nonspesifik dan spesifik, serta merangsang peningkatan fungsi produksi sumsum tulang yang berperan dalam pembentukan trombosit. Ganggang hijau yang mengandung asam nukleat juga berperan membentuk daya tahan tubuh.

Adi mengatakan, jika demam mencapai 39 derajat celsius dan trombosit di bawah 100.000 sebaiknya segera ke rumah sakit. Dalam banyak kasus, penderita tidak sadar dirinya terkena DBD. ”Begitu demam dan pusing sedikit lalu minum obat bebas dan merasa lebih baik. Padahal, virus terus bertambah banyak dan terbuka kemungkinan penyakit semakin akut atau, bahkan, mengalami shock,” ujarnya.

Sebagai makanan tambahan, ganggang hijau aman diberikan untuk membantu penyembuhan lebih cepat dan menghindari terjadinya keakutan.

Peneliti lainnya, Yekti Hartati Effendi, pengajar bidang Kesehatan Masyarakat khususnya Patofisiologi Gizi di IPB, mengatakan, penanganan DBD tidak cukup dengan menyembuhkan penderita. Perlu dipikirkan pula penanganan vektornya, nyamuk Aedes aegypti.

”Nyamuk yang pernah menggigit penderita akan menjadi vektor penyebar penyakit selama dua bulan masa hidup nyamuk itu. Jarak tempuh terbangnya sejauh sekitar 20 rumah,” ujarnya. (INE)


Sumber JAKARTA, KOMPAS.com

Artikel Yang Berhubungan



0 comments: