Saturday, 20 February 2010
Penyakit toksoplasma, pasti tidak terdengar asing bagi Anda. Penyakit yang kerap mengambinghitamkan kucing ini malah ditengarai sudah menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia. Bentuknya memang kecil, tapi dampak penyakit ini bisa menyebabkan cacat seumur hidup hingga kematian.
Toksoplasma disebabkan oleh sejenis parasit, yaitu toksoplasma gondii. “Ukuran parasit ini lebih besar daripada virus dan lebih kecil daripada kuman,” terang dr. Hendro Adi Kuncoro dari RS Kasih Ibu, saat ditemui di tempat kerjanya, awal pekan ini. Meski dikenal sebagai parasit kucing, toksoplasma nyatanya tak pernah pandang bulu saat menyerang. Semua jenis binatang, seperti burung, ikan, kelinci, sapi, kambing, babi hingga manusia bisa terjangkit penyakit ini.
“Banyak kalangan masih salah kaprah, mengira toksoplasma hanya bisa ditularkan oleh kucing. Padahal semua binatang dan manusia punya potensi penularan yang sama,” kata dr. Hendro lagi. Lantas bagaimana metode penularannya? Secara umum, lanjut dia, toksoplasma dapat ditularkan melalui tiga cara yaitu tertelan, melalui kotoran dan cairan tubuh seperti air liur, sperma, transfusi darah serta donor organ.
Parasit tokso, mampu bertahan hidup dengan menempel pada berbagai organ dan jaringan makhluk hidup. Ia hidup nyaman dan berkembang biak dalam sel darah putih, jaringan parenkim dan sel endotel. Saat manusia menyantap daging hewan terinfeksi toksoplasma dalam keadaan setengah matang, parasit yang bertahan dalam bentuk kista ini bakal ikut tertelan dan berkembang biak.
Selain hidup menempel pada jaringan-jaringan tubuh, toksoplasma juga berkembang biak secara sempurna dalam saluran cerna binatang. Telur (oosit) toksoplasma lantas ikut terbuang melalui kotoran. “Oosit yang hidup di kotoran dan tanah yang lembab mampu bertahan hidup hingga satu tahun. Sambil menunggu induk semang baru,” lanjut dia.
Untungnya, sebagian besar manusia memiliki kekebalan tubuh relatif tinggi. Akibatnya, sekitar 80% hingga 90% pasien yang terinfeksi toksoplasma tak merasakan gejala yang berarti. Gejalanya, kata Hendro, tak jauh beda dengan gejala flu ringan, misalnya badan terasa agak demam, sakit kepala, lemas hingga gangguan kulit dan bengkak pada kelenjar getah bening.
Namun lain halnya apabila toksoplasma menginfeksi pasien dengan daya tahan tubuh rendah seperti penderita TBC, HIV/AIDS atau bayi. Pada kasus ini, gejala yang timbul biasanya lebih berat. Kalau parasit menginfeksi bagian mata, pasien bisa mengalami gangguan penglihatan, mulai dari pandangan kabur, kerusakan retina sampai kebutaan.
Sementara itu, kalau infeksi terjadi pada jantung dapat mengakibatkan kerusakan katup jantung. Infeksi pada jaringan syaraf dan otak menimbulkan berbagai gejala yaitu sakit kepala, rasa baal (mati rasa) sebagian anggota tubuh hingga menimbulkan kejang-kejang yang berujung pada kematian. “Namun kasus fatal akibat toksoplasma jumlahnya kecil sekali!”
Namun justru kedatangannya yang tak disertai gejala berarti inilah yang membuat Anda perlu lebih waspada terhadap parasit toksoplasma. Pasalnya, tanpa penanganan medis, toksoplasma dapat bertahan hidup hingga seumur hidup Anda.
“Pada tubuh dengan daya tahan tinggi, toksoplasma mungkin tidak akan menimbulkan gejala. Ia hanya membentuk diri menjadi kista, menempel pada jaringan tubuh, dan siap menginfeksi bila yang bersangkutan kembali terpapar toksoplasma dalam jumlah besar,” pungkas dia.
Sumber
Solopos
ewy
0 comments:
Post a Comment