Saturday 20 February 2010

Kopi, teh, atau dekafein! Apapun pilihan orang, meminum salah satu minuman itu mungkin mengurangi resiko diabetes. Demikian analisi baru atas 18 studi yang melibatkan ratusan ribu orang.

Kajian penelitian 2005 menyimpulkan, orang yang meminum paling banyak kopi menghadapi kemungkinan tiga kali lebih kecil untuk terserang diabetes dibandingkan dengan mereka yang paling sedikit meminum kopi. Dr Rachel Huxley dari University of Sydney, Australia mengatakan dalam beberapa tahun sejak itu jumlah penelitian mengenai kopi dan resiko diabetes telah lebih dari dua kali lipat.

Sementara studi lain menunjukkan bahwa teh dan kopi non-kafein mungkin juga bersifat pencegahan. Guna memperbarui bukti tersebut, Huxley dan timnya menganalisis 18 kajian mengenai kopi, dekafein, dan teh, dengan resiko diabetes jenis 2 yang disiarkan antara 1966 dan 2009, termasuk sebanyak 459.000 orang.

“Diabetes jenis 2, yang seringkali dikaitkan dengan kegemukan, mempengaruhi sebanyak 8 persen penduduk AS, ” kata US National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases.

Dari bagian setiap tambahan satu cangkir kopi yang dikonsumsi orang setiap hari, penulis studi tersebut mendapati resiko seseorang untuk terserang diabetes berkurang sebanyak tujuh persen.

Di dalam keenam studi itu, yang meneliti kopi non-kafein, para peneliti tersebut mendapati, orang yang mengkonsumsi lebih dari tiga atau empat gelas kopi per hari menghadapi resiko 36 persen lebih rendah untuk terserang diabetes.

Di dalam tujuh studi yang meneliti minum tes dan resiko diabetes, orang yang minum lebih dari tiga atau empat gelas kopi per hari menghadapi kemungkinan 18 persen lebih rendah untuk terserang diabetes.

Analisis saat ini tersebut mungkin terlalu membesarkan perkiraan mengenai dampak minuman itu tentang resiko diabetes karena masalah statistik dengan berbagai studi yang lebih kecil. Juga tak mungkin untuk mengatakan dari bukti saat ini bahwa pecandu berat kopi dan teh serta minuman non-kafein tak memiliki ciri khas yang mungkin melindungi mereka dari serangan diabetes, seperti mengkonsumsi makanan yang lebih sehat.

Kenyataan bahwa dampak itu terlihat dengan dekafein serta kopi dan teh menunjukkan bahwa jika dampak tersebut nyata, semut itu bukan hanya pada kafein, tapi mungkin juga berkaitan dengan bahan lain yang ditemukan pada minuman itu.

Mereka memberi contoh magnesium, lignan –bahan kimia mirip estrogen yang ditemukan pada tanaman– atau chlorogenic acis yang merupakan anti-oksidan yang memperlambat terlepasnya gula ke dalam darah setelah makan.

Percobaan klinis diperlukan guna menyelidiki apakan minuman itu memang membantu mencegah diabetes, kata para peneliti tersebut, sebagaimana dilaporkan Reuters Health.

Jika manfaat itu terbukti benar, tambah mereka, penyedia perawatan kesehatan mungkin dapat mulai menasehati pasien yang beresiko terserang diabetes agar bukan hanya berolahraga dan mengurangi berat badan, tapi juga minum teh dan kopi.


Sumber
Solopos
isw

Artikel Yang Berhubungan



0 comments: