Wednesday, 3 February 2010
Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan, sejauh ini laporan awal dari Komite Ahli Pengobatan Filariasis Indonesia menyatakan, penyebab kematian tak ada hubungannya dengan obat filaria.
Obat itu aman, tidak kedaluwarsa. Sudah ada laporan secara lisan baru-baru ini,ujar Endang Rahayu dalam jumpa pers sosialisasi Program 100 Hari Menteri Kesehatan, Jumat (13/11). Hal itu diungkapkan menanggapi kasus meninggalnya beberapa warga Kabupaten Bandung sehari setelah mengonsumsi obat filariasis (kaki gajah).
Pemerintah sudah menginvestigasi kasus kematian tersebut. Kesimpulan sementara adalah kematian penderita filaria tersebut diduga terkait dengan penyakit lain yang menyertai.
Enam meninggal
Kejadian pascapengobatan massal filariasis di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, telah ditangani pemerintah dengan menurunkan tim investigasi dari Depkes, WHO, Badan POM, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten Bandung, serta Komite Ahli Pengobatan Filariasis Indonesia (KAPFI) Pusat dan Provinsi Jawa Barat untuk menginvestigasi ke lokasi kejadian. Sementara itu, pasien telah ditangani oleh fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Lily S Sulistyowati mengungkapkan, hasil investigasi tersebut belum tuntas. Berdasarkan laporan terakhir, terdapat enam orang meninggal sejak pengobatan massal tersebut.
Menurut Lily, tim investigasi sedang mencari penyebab kematian. Namun, dari laporan awal penyebab kematian adalah koinsiden (bersamaan) dengan penyakit penyerta yang sudah diderita sebelumnya, seperti ginjal, darah tinggi, atau jantung, sehingga terjadi kasus demikian ekstrem. Belum ada laporan lengkap terkait kondisi setiap pasien yang meninggal itu.
Terakhir, sudah tidak ada pasien yang kritis dan sebagian besar warga yang mengeluh sakit setelah pengobatan itu juga sudah pulang,ujar Lily.
Pemerintah sudah menyelenggarakan program pengobatan massal di daerah rawan filaria sejak lama. Pengobatan massal dilakukan untuk pemberantasan filariasis. Penyakit kaki gajah (filariasis) merupakan penyakit menular menahun, yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan berbagai jenis nyamuk (culex, anopheles, mansonia, dan aedes). Filariasis menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Filariasis dapat menyebabkan kecacatan seumur hidup.
Yang terakhir, Departemen Kesehatan mengadakan pengobatan massal dengan obat gratis. Kabupaten Bandung mendapat bantuan 7.450.000 butir obat DEC, 2.782.000 butir albendazol, serta 2.800 butir parasetamol. Alasannya, dengan ditemukannya kasus positif di 15 kecamatan, diperkirakan 2,7 juta jiwa lainnya rawan terkena filariasis (Kompas, 3 November 2009).
Berdasarkan data Departemen Kesehatan, prevalensi mikrofilaria di Indonesia 19% (40 juta) dari seluruh populasi 220 juta. Filariasis ditemukan di 386 kabupaten. Sampai tahun 2008 dilaporkan jumlah kasus kronis filariasis akumulatif sebanyak 11.699 kasus di 378 kabupaten/kota.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes Tjandra Yoga Aditama melalui siaran pers Depkes menyatakan, pengobatan massal telah dilakukan sejak tahun 2002 di lima kabupaten, yaitu Alor (NTT), Pasir (Kaltim), Kep Mentawai (Sumbar), Buton (Sultra), dan Musi Banyuasin (Sumsel). Sampai tahun 2008 telah dilakukan pengobatan massal di 97 kabupaten/kota mencakup 12.310.959 jiwa. (INE)
Kompas
0 comments:
Post a Comment