Thursday, 19 November 2009
Harry Nugroho, seorang guru SDN Panjunan I dan II di Desa Panjunan, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro, Jawa Timur, sejak 1990 mengumpulkan beragam fosil yang diperkirakan merupakan fosil binatang purba.
“Kalau jumlah fragmen yang sudah saya temukan ratusan, dari berbagai jenis binatang purba. Terbaru yang saya temukan fosil kepala gajah purba,” kata Harry Nugroho, Jumat.
Semua fragmen fosil yang diperkirakan binatang purba itu di antaranya, “karabau” (kerbau purba), “cervia” (kijang), “stegodon trigonochepalus”, “mastodon”, “elephas”, “babos”, dan “bubalus”, semuanya disimpan di sebuah ruangan di sekolah setempat.
Menurut Harry, fosil yang diperkirakan merupakan kepala gajah purba atau “stegodon trigonochepalus” itu ditemukan di galian Waduk Wotan Ngare di Desa Wotan Ngare, Kecamatan Kalitidu, Kamis (12/11). Fosil tersebut memiliki berat satu kuintal dan ditemukan ketika ada penggalian waduk di daerah setempat.
“Saya menganggap fosil gajah kepala purba ini masih utuh,” katanya.
Bersamaan dengan penemuan kepala gajah purba yang diperkirakan sudah berusia ratusan juta tahun itu, juga ditemukan gading gajah purba dalam bentuk fragmen dengan panjang 60 cm dan diameter 20 cm dalam kondisi sudah patah.
“Kami menemukan semua fosil ini di sejumlah lokasi situs purbakala di Bojonegoro,” katanya. Berdasarkan peta dan catatan di buku geologi Bojonegoro, kawasan itu memiliki sungai purba yang diduga kuat menyimpan misteri kehidupan purba.
Harry menjelaskan, sejak 1990, dalam mencari fosil berbagai macam jenis binatang purba tersebut, ia memanfaatkan panduan dari sebuah peta dan buku yang diperoleh dari seorang dosen Fakultas Ilmu Bumi dan Mineral ITB, yakni Dr Ir Johan Arif, MT.
Buku dengan judul Geology on the Bojonegoro Quadrangle Java yang diterbitkan H Pringgo Prawiro AT, Rahardjo, dan Sukido pada tahun 1976 itu memandu Harry Nugroho menemukan beragam jenis fosil binatang purba.
“Di buku ini disebutkan jelas, wilayah Bojonegoro memiliki sejarah kehidupan purba,” katanya sambil menunjukkan isi buku itu.
Di ruangan di sekolah setempat, ratusan jenis fragmen binatang purba, mulai gigi, tulang kaki, gading, kepala, atau yang lainnya sebagian disimpan di dalam 30 kotak lemari dan yang memiliki ukuran besar dan ditata mirip di sebuah museum.
“Sewaktu-waktu, anak-anak di sekolah ini saya minta ikut membersihkan fosil ini, untuk perawatan,” ungkapnya.
Harry mengaku tertarik mengumpulkan fosil berbagai macam jenis binatang purba di wilayah Bojonegoro itu karena tidak ingin benda yang memiliki nilai sejarah tinggi tersebut jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab.
“Kelak, fosil ini tetap saya serahkan kepada pemerintah. Namun sebelumnya, akan saya serahkan ITB dulu, untuk memastikan umur fosil ini,” paparnya.
0 comments:
Post a Comment