Thursday, 5 November 2009

Protes tidak identik dengan membawa poster berisi kata-kata hujatan dan sebagainya, namun protes bisa dilakukan dengan cara bekerja bakti.

Protes positif—karena dilakukan dengan membangun jalan—tersebut dilakukan oleh masyarakat Desa Ngadirojo Lor, Ngadirojo, Jumat (30/10). Protes itu justru didukung oleh Muspika Ngadirojo dan didukung seluruh masyarakat. Jalan utama antardesa menuju Desa Kasihan, Ngadirojo dari pinggir Jl Raya Wonogiri-Ponorogo km 7,7 ditutup untuk proyek itu.

Kepala Desa Ngadirojo Lor, Mardimin, saat ditemui Espos di kantornya, menuturkan pemeliharaan jalan utama antardesa sudah masuk Musrenbang 2006. ”Selama tiga tahun sudah diajukan (proposal-red) untuk dilakukan perbaikan, namun sampai sekarang belum ada tindak lanjut dari dinas terkait.”
Menurutnya, karena sudah cukup lama akhirnya dicarikan solusi dengan melakukan rabatisasi bagi aspal yang sudah mengelupas dan menimbulkan lubang. Pembuatan rabat itu diambilkan dari dana alokasi desa (DAD) senilai Rp 2,5 juta. Sementara volume yang dikerjakan mencapai 2 km. Apakah kerja bakti ini juga bisa dikatakan sebagai wujud protes kecil warga? Kades Mardimin hanya tersenyum dan menganggukkan kepala. ”Masyarakat sudah terlalu lama menunggu dan tidak sabar,” katanya.
Camat Ngadirojo Maryanto mengatakan kegiatan kerja bakti merupakan program Mubeng Desa Mbangun Desa (MDMD) Kecamatan Ngadirojo. Diakui oleh Maryanto, pengajuan pemeliharaan jalan sudah diajukan tiga tahun lalu.
”Daripada menunggu dan perawatan aspal juga mahal maka warga berinisiatif merabat jalan sehingga pengguna jalan bisa nyaman.” - Oleh : Trianto Hery Suryono

Artikel Yang Berhubungan



0 comments: