Saturday, 7 November 2009
Di mata Tjuk Soeprapto yang juga eks Tentara Pelajar Brigade 17, Soenarso termasuk sosok yang membanggakan. “Beliau dulu terkenal akan keberaniannya,” tuturnya saat ditemui Espos, di kediamannya yang persis bersebelahan dengan Mapolsek Banjarsari, Rabu (4/11) malam.
Menurutnya, dengan keberaniannya itu, menurut Tjuk, sekitar tahun 1945, Soenarso pernah berhasil merebut bren dari tentara Belanda. Bren yakni sejenis senapan berkaki dengan ukuran yang lebih besar dan lebih berat. Menurutnya senjata andalan Belanda itulah yang paling diburu oleh anggota barisan Ikatan Pelajar Indonesia (IPI).
Namun, menurut Tjuk, intensitas pertemuannya dengan Soenarso kala itu lebih banyak di markas barisan IPI yakni yang sekarang menjadi gedung Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) depan Solo Grand Mall (SGM) ketimbang di lapangan. Sebab, Soenarso jarang berada satu seksi dengan Tjuk. “Dulu itu di barisan IPI dibagi seperti kelompok-kelompok yang dinamai seksi-seksi,” ujar lelaki yang kini menjabat sebagai sekretaris Yayasan Serangan Umum Empat Hari Kota Solo (Yasparta) itu.
Apalagi, lanjutnya sebagian dari anggota barisan juga kadang harus dikirim ke sejumlah front di medan perang luar Jawa Tengah. Baru setelah diresmikan menjadi Tentara Pelajar Brigade 17 oleh pemerintah pada 1949 sampai kemudian terjadi Serangan Umum Empat Hari pada 7-10 Agustus, Tjuk kerap bersama Soenarso di lapangan. Selain terkenal dengan keberaniannya, kata Tjuk, Soenarso juga dikenal memiliki minat yang tinggi terhadap dunia pendidikan. Maka, seusai serangan umum ia pun memilih menjadi guru. - Oleh : Fetty Permatasari
Artikel Yang Berhubungan
Labels: Berita
0 comments:
Post a Comment