Wednesday, 4 November 2009

Alunan gending-gending Jawa dibawakan secara dinamis oleh puluhan musisi muda dari kelompok karawitan Anu Adem Anu Anget dan Pasopati di Pendapa Ageng, Taman Budaya Surakarta (TBS), Senin (2/11) malam.

Penampilan mereka di konser karawitan dua dimensi Kutha Gunung IX tersebut mampu menghangatkan suasana TBS yang saat itu diguyur hujan.

Pasopati yang mewakili karawitan Gunung menampilkan irama yang ceria dan penuh semangat. Kelompok seni asal Gemawang, Girimarto, Wonogiri itu membawakan empat penataan musik yang diambil dari gending-gending lama ciptaan Ki Narto Sabdo, Ki Manteb Sudarsono, serta Jungkung Darmoyo. Karya Pangkur Tanjung Gunung, Sang Lelana, Rujak Jeruk, dan Kagok Semarang pun mendapat sentuhan atraktif oleh 35 pengrawit yang sebagian besar masih berusia belasan tahun.
”Yang tampil di sini ini adalah generasi ketiga Pasopati. Kelompok ini masih punya generasi yang lebih tua, bahkan ada yang masih anak-anak,” tutur salah satu anggota Pasopati, Batari Ayu.
Menurut penuturannya, konsistensi masyarakat untuk melestarikan kesenian daerah di kawasan dia tinggal masih tetap terjaga hingga kini. Biasanya, mereka unjuk kebolehan di panggung-panggung hajatan pernikahan, supitan, dan terkadang mengiringi para dalang dalam pentas wayang kulit.
Sementara itu, grup musik asal Jebres, Solo, Anu Adem Anu Anget yang mewakili kawasan perkotaan justru mencoba mengulik gaya karawitan di kawasan pinggiran dan pesisiran. Dari gaya Banyumasan hingga Bali mereka persembahkan kepada para penonton.

Gejolak muda
Karya-karya yang mereka mainkan antara lain berjudul Kulu-Kulu yang dirangkai Lambangsari Kenyol, Reog Terompet dirangkai Jago Kluruk, dan Sekar Gadhung yang dirangkai dengan Irian Barat.
Seperti halnya Pasopati, Anu Adem Anu Anget juga banyak digawangi pengrawit muda bahkan sebagian dari mereka masih berusia anak-anak. Musik gamelan yang mereka mainkan pun seolah mampu mencerminkan gejolak dan jiwa muda mereka yang masih labil.
Karena itulah, demi menarik minat dan menggugah mereka dalam belajar karawitan, Darno Karatawi pimpinan Anu Anget Anu Adem banyak mengeksplorasi dan mengaransemen musik tradisional itu agar bisa mewakili semangat anak muda. Bagi Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Solo tersebut, merangkul anak muda untuk bermain karawitan adalah sebuah tantangan yang cukup berat. - Oleh : Hanifah Kusumastuti

Artikel Yang Berhubungan



0 comments: