Sunday, 1 November 2009

Sejarawan kontemporer

Belajar sejarah dari pengalaman orang lain, itu penting. Karena di sana ada lahan untuk memahami seluruh pengalaman hidup ini.

Faktor utama yang dirasa penting adalah pengalaman untuk mempraktekkan sendiri kisah kelampauan orang lain itu untuk diri sendiri. Kali ini kang Darmo mau mendongeng tentang kisah sejarawan kontemporer setingkat dunia, sehingga beliau memperoleh derajat sebagai bapak sejarawan dunia, karena slogannya dikenal orang sebagai historia vitae magistra (sejarah adalah sumber ilmu pengetahuan).

Di zaman Yunani kuno muncul dua sosok yang dikenal dalam referensi historiografi, sebagai nama Herodotus dan Thucydides.
Herodotus adalah sosok bapak sejarawan dunia karena beliau memperkenalkan Ilmu kesadaran sejarah ketika meliput perang Persia di Halicarnassus pada tahun 484 SM, sementara itu Thucydides dari akhir abad ke lima sampai tahun 411 SM, juga dikenal sebagai sosok jenderal perang yang memimpin perang Peloponesian War antara bangsa Sparta dan Athena. Dalam hal ini Herodotus disebut sebagai bapak sejarawan dan Thucydides juga dikenal bapak ilmu pengetahuan sejarah dan ahli kajian realitas politik.
Di Indonesia khususnya dalam periode perang gerilya selama 16 tahun dipraktekkan oleh Raden Mas Said. Sudah bisa dipastikan selama bergerilya beliau selalu diikuti oleh kesadaran sejarah akan dirinya, bahwa peperangan di medan pertempuran harus dicatat di dalam Babad Lelampahan.
Kang Darmo sekarang mau bercerita-tutur tentang pengalaman gerilya beliau. Pertama beliau sebagai pengeran muda menyadari betul kisah perjalanan perang gerilya akan dilakoninya cukup panjang sebagai pangeran adipati. Oleh karena itu syarat kedua beliau sengaja mempersiapkan pasukan wanita yang terdiri dari lima kelompok khusus memerankan sebagai pencatat sejarah perang gerilyanya. Ketiga, RM Said juga mengangkat patih Kudonowarso sebagai pemimpin para mantri lebet. Keempat, selama peperangan beliau selalu menyertakan konsep-konsep pesanggrahan yang akan dijadikan sebagai basis pertahanan.
Kemana pun beliau pergi untuk memimpin sebagai jenderal perang selalu diikuti pasukan khusus yang berfungsi mencatat kisah perjalanan perang gerilyanya. Hampir mencapai ratusan kali perang gerilya RM Said berada di lapangan, sehingga bagi musuh-musuhnya tokoh yang satu ini dikenal sebagai/ pemimpin sambernyawa. Aktualisasi dalam segala macam perang gerilya di daerah, dikelompokkan ke dalam empat kategori perang khusus.
Perang khusus yang pertama disebut perang gerilya Kasatriyan di kawasan desa Kasatriyan di Ponorogo. Peperangan terjadi pada hari Jumat Kliwon tanggal 16 Sawal tahun Je 1978 J/1752 M. Desa Kasatriyan adalah daerah yang dijadikan kubu pertahanan Mas Said setelah berhasil menaklukkan beberapa daerah yaitu Madiun, Magetan, dan Ponorogo. Beliau memimpin sendiri selaku jenderal perang dan menumpas habis pasukan P Mangkubumi yang menyerbu dari desa Bancar kawasan selatan Ponorogo. Dalam pertempuran ini, pasukan RM Said menerapkan konsep jejemblungan (menyerang secara gila-gilaan).
Selaku jenderal perang kisah yang dicatat pada momentum ke dua dalam babad lelampahan, dikenal sebagai peperangan Sitakepyak di kawasan perbatasan Rembang dan Blora. Pasukan khusus yang terdiri kaum wanita selalu disiapkan untuk menyaksikan sendiri peperangan ini, sehingga menghasilkan catatan sejarah yang bersifat obyektif. Kawasan Sitakepyak adalah hutan belukar yang dipenuhi pohon jati, berfungsi sebagai perisai pertahanan dari serangan lawan-lawannya. Jenderal perang yang satu ini cukup cerdik karena pasukan RM Said selalu berlindung di balik perisai pepohonan jati. Jumlah tentara yang mengepung pasukan RM Said adalah sekitar 200 orang tentara Belanda, 400 orang pasukan Bugis, dan pasukan Kasultanan tak terhitung jumlahnya. Sementara itu dari pihak RM Said hanya menyiapkan tidak kurang dari seratus pasukan. Ada kemungkinan konsep perisai diri yang difungsikan oleh pasukan RM Said berhasil membunuh Kapten Van der Pol yang dijadikan taruhan dengan istri mudanya, Mbok Ajeng Wiyah.
Sederet pertempuran besar yang dimotori oleh RM Said tiba pada gilirannya penyerbuan ke beteng Vredenburg.
Ini adalah kisah nyata yang direkam oleh pengikut setia RM Said untuk menumpas pasukan Mangkubumi melalui strategi dedemitan karena RM Said sudah mengetahui kolaborasi Kasultanan Yogyakarta dengan Kompeni Belanda. Catatan sejarah yang dinyatakan penting untuk jenis historiografi lokal Praja Mangkunegaran, adalah sejarah kontemporer pada zamannya di saat RM Said menggelar konsep gerilya melawan kompeni dan Sultan HB I. Dalam catatan sejarah kontemporer, perang RM Said dalam gerilya berhasil melahirkan kitab babad lelampahan yang sejaman. Ia patut memperoleh derajat bapak sejarawan Jawa. - Oleh : Soedarmono, SU, Dosen Fakultas Sastra UNS

Sumber solopos.com

Artikel Yang Berhubungan



0 comments: